Thursday, October 1, 2009

Catatan dari The Journal of A Muslim Traveler




Buku ini saya pinjam dari dosen saya Pak Muslim Amiren. Ketika itu kelas TOEFL terakhir, karena keesokan hari nya beliau akan berangkat ke Shanghai, Cina. Pak Muslim menceritakan tentang buku yang dibacanya, tentang seorang Muslim yang melakukan perjalanan ke mancanegara *wuihh*. Saat itu yang terlintas dalam benak saya, dia perginya pake duit pribadi ato duit siapa ya?? *hehe*, Pak Muslim bilang ada beberapa kunjungan yang pake duit pribadi dan selainnya karena mengikuti kampanye kemanusiaan, adanya kesempatan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi, menghadiri seminar dan training. Nah, karena penasaran saya jadi pinjam buku ini dengan agak2 ‘maksa’.. *maap ya pak*. Sekarang waktunya membaca dan membuat resensi. Ini dia..
Saya mulai dari cover, ada gambar seorang ‘ikhwan’ dengan ransel besar yang menggambarkan seorang yang traveler dengan background lima benua disertai tempat2 yang pernah dikunjungi oleh pengarang buku ini. Berjudul The Journal of a Muslim Traveler, Sebuah Perjalanan Melintasi Asia, Eropa, Amerika dan Australia, buku ini diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House.
Terdiri dari empat bagian, yaitu menjejak asia, menyapa eropa, melintas amerika & canada, serta menapak australia. Di setiap kunjungannya ke berbagai negara, Penulis buku ini *bukan saya ya..:D* berusaha untuk menjadikan perjalanannya itu bermakna. Ia menyapa anak-anak di Siem Reap-Kamboja, Pattani-Thailand, dan di Mindanao-Filiphina, yang hidup dalam kesederhanaan. Menyapa para mualaf dari Jepang, Belanda, Jerman, hingga Republik Ceko yang semangatnya selalu menyala. Pengalamannya begitu dalam dan beragam. Dan darinya kita mencatat, bahwa perjalanan layaknya sebuah ekstase, yang akan melahirkan energi baru dalam kehidupan. Dialah Heru Susetyo, seorang petualang dan aktivis HAM.
Cerita pertama yang saya baca adalah tentang mualaf dan aktivis dakwah di hamamatsu jepang, karena sewaktu meminjam buku ini, Pak Muslim ada bercerita tentang seorang pemuda Indonesia yang melamar gadis jepang pada orang tuanya *penasaran mode on* ternyataa..ortunya gadis itu jadi bingung karena tau sendirilah budaya orang jepang, kalo mu nikah ga da cerita minta2 izin ke orang tua, biasanya pemuda-pemudi jepang hidup bersama dulu sebelum nikah (ato malah ga nikah selamanya tapi hidup bersama dengan pasangan yang sama ato gonta-ganti pasangan) *moga kita terhindar dari hal kayak gini..* Hm, tapi karena pemuda ini baik imannya, walopun mertuanya bingung, pernikahan tetap dilangsungkan di kampung halaman pemuda tersebut *cerita selengkapnya silakan baca bukunya..:p*
Buku ini bisa menjadi bacaan yang bagus bagi kita. Banyak peristiwa yang dialami penulis yang dituangkan secara menarik, membuat para pembaca semakin tersadar dan menjadi tahu banyak hal tentang kondisi masyarakat serta budaya dari setiap negara. Ada hikmah tersendiri yang dapat diambil dari setiap kunjungan beliau. Pun, ketika penulis buku ini mengunjungi canada dan berkenalan dengan keluarga Indonesia yang telah lama tinggal di sana. Keluarga ini mempunyai anak yang memiliki prestasi akademik yang baik serta semangat dakwah yang tinggi, dapat bertahan hidup di negara sekuler tanpa lebur dengan pergaulan masyarakat barat. Dengan bangga memperlihatkan identitasnya sebagai seorang muslim. Tidak ada rasa sungkan dan malu. *ck..ck..ck*. Ada satu pernyataannya yang membuat saya merenung lebih dalam lagi.
“Saya agak kecewa ketika datang ke Indonesia. Di Ottawa (ibukota Canada) sini kami harus berjuang keras hanya untuk mendapatkan tempat buat shalat di kampus ataupun untuk mendapatkan makanan halal. Di Indonesia semuanya serba mudah untuk beribadah, tapi ketika azan, mesjid tetap saja sepi”
Pfuuhh..miris ya, tapi ini memang kenyataan. Seringkali saya dan mungkin kebanyakan kita tidak menyadari hal ini, Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, subhanallah, begitu mudah bagi kita untuk beribadah, tanpa hambatan tanpa rasa segan ato malu dilihat orang, tapii, kita sering enggan untuk memakmurkan mesjid.
Pada dasarnya, buku ini bagus dan saya merekomendasikan teman2 untuk membaca, kalo ndak da duit untuk beli *wadduhh..*, pinjam aja bukunya Pak Muslim :D.

No comments:

Post a Comment

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...