Saturday, January 25, 2014

Seminar Inspiratif – Konsistensi Syariat Islam di Aceh pada Era Globalisasi


Seminar inspiratif ini diadakan oleh BEM FISIP Unsyiah, pada Sabtu 25 Januari 2014 di Amel Convention Hall. Ngebet banget ikutin seminar ini karena pengen jumpa menimba ilmu dari ustadz Felix Y. Siauw :”>. Pertama masuk ke gedung Amel, saya udah dibuat tersenyum-senyum sendiri oleh banyaknya peserta yang begitu antusias untuk menghadiri seminar ini. Peserta yang hadir bukan dari kalangan muda aja, tapi orang-orang tua juga.
Seminar ini diawali dengan pembacaan ayat suci al Quran oleh seorang anak kecil, saya ga tau umurnya berapa, tapi bacaan qurannya bagus sekali. Diikuti kata-kata sambutan oleh pihak terkait, seperti Ketua Panitia, Rektor Unsyiah, dll. Kemudian diikuti oleh penampilan nasyid Lamda.
Ternyata, ada dua pemateri yang diundang di acara ini. Materi pertama adalah The Spirit of Aceh oleh Sayf Muhammad Isa. Terus terang saya baru tau beliau dan ternyata beliau adalah seorang penulis dwilogi Novel Perang Sabil. Novel beliau ini terinspirasi dari Hikayat Prang Sabi. Beliau ini bukan orang Aceh lho, dan baru sekali ini menginjakkan kaki ke Aceh, tapi udah nulis novel tentang sejarah Aceh. Wow. Selama seminar ini peserta diajak untuk mengingat kembali tentang Cut Nyak Dien, Keumala Hayati, Pocut Meurah Intan, yang memiliki satu spirit untuk berjuang melawan Belanda yaitu Islam.
Kemudian materi kedua yaitu Konsistensi Syariat Islam di Aceh pada Era Globalisasi oleh Ust Felix. Sebelumnya, ketika ustad mulai masuk ke gedung, peserta akhwat kebanyakan berdiri dan mulai foto2..ampunn. Ust Felix membuka materi dengan mengingatkan dua nikmat yang sering dilupakan yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Bersyukurlah jika kita sibuk dengan kebaikan. Karena jika tidak sibuk dengan hal baik, maka akan sibuk dengan keburukan.
Hadeuh, ust ini ngomongnya cepet banget. Banyak hal yang dibicarakan beliau terkait sejarah Islam: Islam berhasil menguasai 2/3 wilayah dunia. Banyak ilmuwan-ilmuwan dari kalangan Muslim. Bahkan orang-orang barat mengirimkan putra-putrinya untuk sekolah di Arab. Pokoe, jika menyebut nama Islam, yang terpikir dalam lintasan orang-orang adalah KEREN. Tapi itu DULU. Sekarang? Kalo disebut kata Islam, orang mikirnya apa? Kenyataan pahit yang harus diterima sekarang bahwa kebanyakan Negara Muslim masuk ke Negara dunia ketiga. Mengapa? Apa yang salah? Mengapa keadaan yang sekarang bisa berbeda dengan keadaan di masa lalu. Pasti ada hal yang telah dilakukan para Muslim di masa lalu namun tidak dilakukan oleh Muslim di masa kini. Menurut beliau, agar bisa mengulang sejarah kejayaan Islam harus terwujud Tiga Pilar Islam: Individu yang bertaqwa, Masyarakat yang peduli, dan Negara yang menerapkan syariat. Dua hal pertama, insha Allah ada di lingkungan kita. Namun, poin ketiga yang belum terealisasi.


Sunday, January 5, 2014

First International Young Moslem Conference



Selasa, 31 Desember 2013 yang lalu, Aceh Youth English Forum (AYEF) mengadakan konferensi international pemuda muslim yang pertama. Acara ini mengundang empat orang pembicara, yaitu Tsuraiya IT, Bachtiar Ali, Zifirdaus Adnan dan Mujiburrizal. Kempat pembicara ini membicarakan topik yang berbeda.

Pembicara pertama, Ibu Tsuraiya, berbicara mengenai pendidikan. Beliau juga memberikan informasi terkait beasiswa. Hal menarik yang saya ingat bahwa beliau mengingatkan agar hendaknya semangat untuk sekolah di luar negeri harus diawali dengan akademik yang bagus, penguasaan bahasa inggris dan moral. Poin terakhir ini menarik. Moral menjadi penting karena jika ada kesempatan memperoleh beasiswa, maka nama Indonesia yang akan kita bawa. Disamping itu menurut saya,  bagi yang pernah mengecap pendidikan di luar negeri, moral ini juga penting. Jangan sampe pas udah pulang dari sekolah luar negeri malah membanding-bandingkan dan ujung-ujungnya menjelekkan negara sendiri, tanpa memberikan solusi yang berarti bagi perubahan yang lebih baik di negeri ini.

Pembicara kedua, Bapak Bachtiar Ali, berbicara tentang pentingnya belajar bahasa. Beliau adalah alumni Jerman dengan predikat summa cumlaude. Keren ya. Beliau mengatakan bahwa belajar bahasa itu penting. Dari pengalaman beliau pribadi bahwa dengan bahasa anak-anak kandung beliau bisa mengecap pendidikan di luar negeri. Pengalaman beliau sendiri pun demikian. Hal yang saya catat, bahwa cara beliau menguasai bahasa jerman adalah dengan tidak bergabung dengan teman-teman satu Negara. Tujuannya agar beliau lebih focus belajar bahasa jerman, dan tentu saja belajarnya adalah dengan berlajar sungguh. Ketika bahasa jerman beliau sudah mulai bagus, baru mulai bergabung dengan teman-teman satu Negara. Seperti itu. Kemudian, mempertahankan bahasa yang telah dikuasai juga merupakan hal yang berat. Disini, beliau membagi rahasia yang biasa beliau lakukan agar bahasa jerman beliau tetap bagus. Yaitu dengan rutin menonton program bahasa jerman.

Pembicara ketiga, Bapak Zifirdaus Adnan, mempresentasikan tentang Khaira Ummah. Beliau mengawali dengan mengingatkan lagi tentang QS 3:110. Beliau menanyakan apakah kita sudah sepenuhnya merealisasikan status yang diberikan Allah? Prestasi apa yang telah dicapai oleh umat Islam dunia? Di bidang IT? Sospol? Ekonomi? Apakah sudah mewujudkan Khaira Ummah? Silakan dijawab sendiri. Beliau juga mengingatkan untuk banyak baca buku. Yang bukan hanya sekedar baca. Tapi harus fokus bacaanya sesuai dengan minat atau bidang keahlian. Kemudian, beliau juga memberi saran untuk terbiasa mengkritik ilmu, mengolah dann menciptakan sesuatu yang baru.

Pembicara keempat, Bapak Mujiburrizal, mempresentasikan tentang Wisata Islami. Ada tren sekarang untuk mempromosikan tren wisata syariah, tidak hanya dalam negeri tapi juga di luar negeri udah ada. Lebih dikenal dengan istilah Halal Friendly Travel. Alhamdulillah banget jika udah program kayak gini. Kalo mau travel, ada berbagai kemudahan yang didapat. Terutama kaitan dengan makanan, ga perlu khawatir lagi tentang makanan yang bakal di makan halal atau tidak.

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...