Friday, July 12, 2013

Metodologi Riset #2


Ada dua metode penelitian sosial yang umumnya dikenal yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan keduanya dapat dilihat pada paradigma yang digunakan. Misalkan studi mengenai tingkat kebahagiaan orang Aceh, maka data yang digunakan untuk penelitian berupa data kualitatif. Sedangkan saat analisa datanya berupa kuantitatif.

Dikalangan saintis dan sosialis biasanya terdapat dua kecenderungan. Jika saintis menganut numbers without theory, maka sosialis menganut theories without numbers. Terhadap dua kecenderungan ini, sebaiknya diambil titik tengah, yaitu adanya keseimbangan antara theories and numbers (disebut juga mix paradigm).

Berkaitan dengan penelitian, peneliti pastinya berharap hasil penelitiannya dipakai sebagai landasan pengambilan kebijakan pemerintah. Namun harus dipahami juga bahwa pengambil kebijakan punya pemikiran sendiri dan tidak semua pengambilan kebijakan pemerintah berbasis riset.

Paradigma atau Worldview dalam Ilmu Pengetahuan terbagi menjadi positivism, konstruktivisme, dan critical theory. Perbedaan ketiganya dapat dilihat dalam berbagai dimensi. Berkaitan dengan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Maka, metode kualitatif sangat dipengaruhi oleh paradigma konstruktivisme. Dan paradigm positivism berpengaruh besar pada metode penelitian kuantitatif. 

#Sabar




Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali
(QS.Al-Baqarah: 155-157)

Tiada seorang hamba yang mendapat musibah, lalu dia mengucapkan 
'Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala disebabkan musibahku ini dan gantilah ia dengan yang lebih baik daripadanya,' melainkan Allah memberinya pahala atas musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik daripadanya"
(HR. Muslim)

Sesungguhnya pahala orang-orang yang sabar itu akan dipenuhi tanpa hisab.

Sabar ialah pengakuan seorang hamba kepada Allah atas musibah yang menimpanya itu dari Allah dan menyerahkan perhitungannya kepada Allah dengan mengharapkan pahala-Nya. Terkadang seseorang berkeluh keah, namun dia harus berkeras bahwa tiada jalan lain kecuali bersabar. 

Friday, July 5, 2013

Etika Penelitian dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah #2


Masi tentang Etika Penelitian dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah oleh pemateri yang sama. Pada pertemuan ini pemateri menyampaikan bahwa kita sering kali berpikir tinggi-tinggi, pengen buat penelitian yang ‘wah’. Padahal penelitian yang tinggi-tinggi itu sudah diteliti oleh orang lain. Sedangkan hal-hal lain disekitar kita, yang seringkali kita anggap remeh tidak kita pikirkan. Padahal sesuatu yang kita anggap remeh itu, bisa jadi ‘besar’ dalam pandangan orang.
Misalnya penelitian tentang Aceh. Orang yang ahli tentang Aceh ternyata bukan orang Aceh, melainkan orang dari benua lain. Jika kita membaca hasil penelitian mereka, kita pasti bakal berkomentar, apa yang tertulis di jurnal ini saya tau. Nah, seharusnya kita yang orang pribumi seharusnya bisa donk menghasilkan jurnal seperti mereka. Logikanya seperti itu.
Kemudian, kita seringkali juga merasa bahwa apa yang kita tahu itu biasa-biasa aja. Padahal bisa jadi apa yang kita tahu itu penting bagi orang lain. Seharusnya kita bisa membangun penghargaan terhadap apa yang kita punya, termasuk ilmu yang kita miliki.
Berkaitan dengan etika dalam penelitian, terkadang terjadi pelanggaran etika baik sengaja tau tidak sengaja.
1.      Publikasi kertas kerja yang sama di tempat berbeda tanpa pemberitahuan kepada pengelola/editor. Maksudnya adalah tidak etis jika saat bersamaan mengirimkan satu tulisan ke lebih dari satu media massa. Sehingga, jika dimuat, bakal dapat honor dua kali atau lebih dari satu tulisan. Ini dipandang tidak etis, karena bekerja satu kali tetapi dapat honor lebih dari satu kali. Namun, jika tulisan telah dimuat di satu surat kabar, kemudian dipakai untuk keperluan internal institusi dengan pemberitahuan kepada editor,  menjadi tidak masalah.
2.      Adanya klaim individual atas proses dan hasil penelitian. Hal ini berkaitan dengan tidak adanya pengakuan terhadap orang-orang yang telah membantu selama proses penelitian. Disampaikan oleh pemateri bahwa sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak berdiri sendiri, lebih baik kolaboratif.
3.      Menggunakan teknik statistik yang tidak pantas dalam rangka meningkatkan hasil penelitian, sehingga tidak sesuai dengan realita yang ada. Jadi solusinya adalah bersandarlah pada hasil penelitian yang objektif.
4.      Mengeksploitasi mahasiswa. Seperti menjadikan tugas mahasiswa sebagai jurnal dosen, tanpa menyebutkan nama mahasiswa.
5.      Membuat komentar menghina dan serangan pribadi dalam jurnal. Nah, peneliti seperti ini, dipertanyakan keilmuannya.
6.      Dan lain-lain.

Wednesday, July 3, 2013

Creative Writhink*

Proses menulis kreatif merupakan lanjutan dari membaca kritis. Perbedaan membaca dan menulis adalah saat membaca kita mengamati tulisan orang lain, posisi kita aktif tapi pasif karena kita menilai tujuan tulisan orang lain. Sedangkan saat menulis kita yang aktif dalam mengemukakan pandangan kita.

Diawal kelas, kami diberikan secarik kertas yang terdiri dari beberapa kata. Dalam dua menit kami diharapkan untuk menulis segera apa yang terlintas dipikiran ketika membaca kata tersebut. Saat mengerjakan tugas tersebut, saya pribadi terus terang perlu waktu juga untuk berpikir, ga bisa langsung dapat ide untuk merangkai kata.

Pemateri menanyakan beberapa pertanyaan, seperti di kelas ini apa ada yang pernah nulis esai? Beberapa menjawab iya, beberapa menjawab tidak. Pertanyaan lanjutan, kira2 hambatan dalam menulis apa? Saat itu pemateri menulis kreatif meminta kami untuk sharing mengenai hambatan apa aja yang didapat ketika menulis. Dari jawaban yang kami berikan, setidaknya terdapat dua hambatan bagi kami untuk menulis. Yang pertama adalah hambatan teknis yang berupa sulit mendapat ide, ilmu/wawasan yang kurang, masalah koherehensi, vocabulary. Yang kedua yaitu hambatan psikologi, dan ini yang paling banyak. Hambatan psikologi ini berupa ketakutan untuk mengemukakan pandangan pribadi yang terkadang berbeda dengan pandangan kebanyak orang, takur akan komentar orang lain terhadap tulisan kita, merasa kerdil atau terlalu memandang negatif karya tulisan kita sendiri, khawatir jika yang ditulis dianggap konyol, atau terlalu sederhana, plagiat tanpa sadar, dan kekhawatiran lainnya.

Kemudian, pemateri mengajukan lagi pertanyaan, “apa pernah membaca esai yang berkesan?” salah seorang peserta di kelas menjawab dan menyebutkan esai berkesan yang pernah dia baca. Yaitu tentang pengasuhan tanpa syarat. Inti esai tersebut bahwa orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak2, hendaknya senantiasa bersikap baik pada anak, baik pada saat anak2 itu bersikap berkenan atau tidak berkenan bagi orang tuanya. Kalo ada yang kurang jelas, Tanya sama teman saya :D.

Di kelas menulis kreatif ini kami fokus ke esai. Esai itu sendiri berasal dari Bahasa Perancis yaitu Essayer yang artinya suatu usaha. Contoh esai yang paling sederhana yaitu surat. Misalnya anak kos yang mengirim surat untuk ortunya yang intinya minta duit. Dalam surat tersebut pastinya dijelaskan kenapa bisa sampe perlu duit, ada usaha oleh si anak untuk meyakinkan ortunya agar kehendaknya tercapai.

Yang harus dipahami lagi bahwa esai itu merupakan karangan khas yang berdssarkan sudut pandang personal pengarang. Semacama tulisan2 di blog ini, udah bisa lah disebut esai. Bentuk esai seperti sidik jari / sensor retina mata (biometri) yang jarang ada duanya. Misalnya cara orang membuka seperti apa, menutup seperti apa, menarik kesimpulan seperti apa, pasti akan berbeda antara satu penulis dengan penulis yang lain.

Pemateri menyampaikan bahwa ada tiga pilar dalam esai, yaitu komposisi, data dan impresi. Kita bahas satu persatu. Yang pertama komposisi. Bahasannya mencakup: darimana kita memulai, pilihan kata, sikap berbahasa, bagaimana mengunci. Khusus mengenai sikap berbahasa, hendaknya kita memperhatikan penggunaan EYD. Yang paling penting, kalo berbicara atau nulis, bahasanya jangan campur2..ini menunjukkan orang yang tidak punya sikap berbahasa…tertohok sekali saya mendengar pemateri menyampaikan poin ini :D. Yang kedua data. Data dalam esai harus lebih bersuara. Dalam artian data yang ada dikaitkan, misalnya data orang buta aksara kita kaitkan dengan data kemiskinan. Contoh lain, data kekurangan air di Afrika, kita kaitkan dengan data pemborosan air di benua lain. Dan yang ketiga yaitu impresi. Esai hendaknya mengesankan pembaca.

Di akhir kelas, pemateri menyampaikan bahwa menulis itu bukan bakat. Ia harus dilatih. Intinya, jika pengen pintar nulis, harus banyak latihan. Pelajari teknik orang nulis. Katakan iya untuk menulis kreatif dan saia pun masih berproses.

Ini beberapa sumber lainnya terkait menulis kreatif
*Creative Writhink ala Fahd Djibran
Menulis Kreatif ala Raditya Dika
Rahasia Menulis ala Salim A. Fillah

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...