Thursday, June 30, 2011

Tentang Kebebasan Berekspresi di Internet

tentang kebebasan berekspresi


Tentang Kebebasan Berekspresi di Internet
RAHMI

Pendahuluan
Sekarang ini Internet merupakan trend media yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Penduduk Indonesia menggunakan internet untuk berbagai macam tujuan. Keberagaman ini disebabkan karena berbedanya latar belakang pendidikan, budaya dari pengguna internet di Indonesia dan juga karena tiap diri kita memang diciptakan mempunyai potensi yang berbeda dari segi pemahaman, pemikiran dan sebagainya, hal ini menyebabkan adanya keragaman dalam cara berekspresi melalui internet.
Berdasarkan pengalaman pribadi, kebebasan berekspresi di dunia maya telah dimulai sekitar satu dasawarsa yang lalu. Dimana pada saat itu, saya dan juga mungkin masyarakat mulai belajar untuk menggunakan e-mail, mengemukakan pemikiran mereka atau sharing ilmu melalui tulisan pada zona pribadi mereka masing-masing seperti pada blog atau memanfaatkan fasilitas jejaring sosial untuk berteman dan memperluas jaringan dengan cara berinteraksi satu sama lain.

Kebebasan Berekspresi Via Internet
Jika ditanya tentang kondisi kebebasan berekspresi masyarakat melalui internet pada masa sekarang ini, saya cenderung menjawabnya seperti dua sisi mata uang yang bertolak belakang, yaitu antara wajar dan tidak wajar.
JIka dilihat dari kacamata positif dimana masyarakat berekpresi dengan baik dan wajar di dunia maya, kita dapat melihat dengan gembira tentang semakin meningkatnya budaya menulis di kalangan pengguna internet. Hal ini tampak dari banyaknya blog-blog dengan berbagai macam tema. Dari blog pribadi, fotografi, pendidikan, parenting, web design, dan banyak lagi. Begitu juga adanya kesempatan bagi para pemuda(i) yang senang menulis untuk bisa menerbitkan buku secara online di Internet seperti yang disampaikan oleh Salsabeela dalam buku Linimas(s)a dengan judul The World is In Your Hand.
Dari sini terlihat bahwa masyarakat berekspresi dalam berbagai hal, dari sekedar narsis-narsis doang, menyalurkan hobi, berbagi tips dan trik tentang topik-topik tertentu, berbagi ilmu dan nasehat, konsultasi dan banyak lagi tentunya.
Selain itu, dalam tulisannya yang berjudul Sensitif terhadap Isu pada buku Linimas(s)a, Margiyono menyatakan bahwa menulis dan mempublikasikannya melalui blog merupakan salah satu contoh yang menunjukkan maraknya jurnalisme warga sekaligus menyatakan bahwa warga saat ini tidak hanya berperan sebagai konsumen informasi tetapi juga menjadi produsen informasi.
Ditambah lagi, Merry Magdalena yang telah berhasil mewujudkan sebuah situs sains dan teknologi dalam versi bahasa popular sehingga konsep sains dan teknologi menjadi lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam. Cek di situs NetSains.Com ya. Pada kasus ini, dapat kita ketahui bahwa Merry mencoba berekpresi dan mewujudkan idenya melalui internet yang menurutnya merupakan teknologi yang paling memungkinan. Alasannya adalah karena media ini dapat diakses oleh siapa saja. Yang menarik adalah, dalam usahanya membangun situs NetSains tersebut, Merry sama sekali tidak mempunyai latar belakang ilmu di bidang sains dan teknologi. Namun berkat kekuatan relasi yang ia dapat dari profesinya sebagai jurnalis memungkinkannya untuk meminta tulisan dari pakar-pakar yang ahli di Sains dan IT. Selain itu juga, kita juga punya kesempatan yang sama untuk menjadi kontributor tulisan di situs ini sehingga bisa membangkitkan semangat menulis di kalangan pengguna internet. Hm, begitu inspiratif ya~! suatu kebebasan berekspresi yang patut dicontoh.
Okey, itu dibilang tulis menulis. Contoh lain, bagi seorang pekerja seperti tukang becak. Hm, ternyata mereka juga bisa berekpresi dengan baik dalam memanfaatkan media internet untuk menjadi tukang becak yang professional lho! ga percaya? Ini bisa dibuktikan dari pengalaman seorang Balsius Haryadi yang memilih profesi sebagai tukang becak. Dengan sedikit kemampuan Bahasa Inggris yang dimilikinya membuat dia berkesempatan untuk mempunyai langganan becak turis-turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Suatu ketika, seorang turis menyarankannya untuk membuat e-mail agar dapat mudah berkomunikasi dengan sang tukang becak jika ia kembali lagi ke Indonesia. Nah, ceritanya bermulai dari sejak berkenalan di dunia maya, ia kemudian mencari tahu dan mengikuti berbagai jejaring sosial serta memanfaatkannya untuk menawarkan jasa transportasi becak kepada teman-temannya di dunia maya. Hm, rada-rada unbelieveable waktu baca cerita ini, masa sih ada tukang becak yang promosi pekerjaannya melalui internet, sukses pula itu, but it’s real, based on the true story. Cerita lengkapnya baca di linimas(s)a ya, bisa diunduh di sini.
Sekarang lanjut ke pembahasan kebebasan berekspresi yang diluar batas kewajaran. Jika kita melihat dari segi tidak baiknya, kita jumpai bahwa saat ini ada pengguna internet yang mengekspresikan dirinya dalam ketidakbaikan seperti memperbanyak jumlah informasi negatif yang kurang bermanfaat, menyebarkan isu-isu SARA yang menyebabkan timbulnya kemarahan umat beragama yang satu terhadap umat beragama yang lain. Selain itu memfitnah atau menyebarkan berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.   

Cara Memanage Diri
Nah, pertanyaannya sekarang bagaimana cara memanage diri kita sebagai pengguna internet agar tetap wajar dan santun dalam kebebasan berekspresi di di dunia maya dan terhindar dari sikap tidak wajar dalam berekpresi?
Well, yang pertama menurut saya setiap pengguna internet hendaknya mempunyai kesadaran pribadi tentang etika berekspresi yang baik di dunia maya. Mulailah dari diri sendiri karena perubahan selalu dapat dimulai dari diri sendiri (versi Salsabeela). Kesadaran beretika dalam hal ini akan membuat kita tetap menjaga adab dan nilai-nilai moral dalam berinteraksi dan berekspresi. Misalnya, ketika kita mengamati bahwa terdapat sekelompok orang yang bereaksi negatif terhadap suatu masalah, kita dapat mengambil sikap untuk tidak mengikuti ketidakbaikan tersebut. Contoh lain, jika kita seorang blogger yang mempunyai kesadaran tentang etika dalam berekspresi, maka kita akan berusaha untuk senantiasa menulis hal-hal yang bermanfaat, menghormati tulisan yang merupakan hasil pemikiran dan pendapat orang lain, serta menghindar untuk tidak reaktif terhadap masalah yang berhubungan SARA atau isu sensitif lainnya. Menurut Blontank Poer dalam artikel yang dimuat di Linimas(s)a yang berjudul Bercerita di Dunia Maya, memperhatikan persoalan etika di dunia maya hendaknya menjadi bahan pertimbangan bagi setiap pengguna internet. Seperti halnya kita dalam kehidupan nyata diharapkan dapat menjaga norma-norma dan etika, dalam kehidupan di dunia maya juga berlaku hal yang sama.
Yang kedua, mengutip salah satu tweet dari internet sehat yang pada intinya mengajak setiap pengguna internet untuk berpikir terlebih dahulu sebelum posting, karena apa yang telah diposting di internet akan terekam selamanya. Hm, sebuah tweet yang singkat, padat, jelas dan ngena banget ke batin saya. Pesan yang disampaikan melalui tweet internet sehat tersebut membuat saya sadar dan mulai belajar untuk lebih berhati-hati dan berpikir dua kali sebelum mengupdate status atau mempublish postingan. Contohnya, dalam pertemanan di jejaring sosial, merupakan hal yang lumrah jika kita saling memberikan komentar terhadap status teman, namun adakalanya komentar yang negatif bisa menjadi penyebab timbulnya keretakan dalam pertemanan. Karenanya, pikir-pikir dulu sebelum posting.
Yang ketiga, lagi-lagi tweet dari internet sehat yang begitu ngena di hati saya, jangan terlalu oversharing. Sikap berlebih-lebihan itu kurang baik, lebih baik memilih berada posisi yang pertengahan saja, sedang-sedang ajalah. Sikap oversharing bisa menyebabkan kurang terjaganya imej diri kita. Karena terlalu sering berbagi hal-hal yang bisa jadi kurang penting bagi orang lain. Contohnya, mengupdate status tentang kegiatan yang dilakukan sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Hm, terlalu berlebihan dan tidak baik juga tentunya.
Mengambil istilahnya Nukman Luthfie dalam tulisannya yang berjudul Bermakna di Lautan Media Sosial, jika kita seorang creator yang berarti bahwa kita mempunyai website pribadi atau blog  yang rajin di update, maka menurut saya cara memanage diri yang keempat adalah berusaha untuk memperbanyak konten-konten positif di internet. Caranya bagaimana? dengan cara menulis hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Agar apa yang kita tulis bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain tentunya. Menulis itu bisa meringankan beban jiwa kita dan pembaca juga bisa mengambil hikmah dari tulisan kita. Mudah-mudahan dengan menulis hal yang bermanfaat bisa menjadi amal jariyah bagi kita. Hm, keren ya kalo bisa nulis hal yang bermanfaat. Ayo, semangat nulis dan berkarya melalui internet~!

Kesimpulan
Jadi, secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebebasan berekspresi di dunia maya oleh pengguna internet di Indonesia dewasa ini diantara ekpresi wajar dan tidak wajar. Setiap pengguna internet hendaknya memperhatikan etika dalam berekspresi di dunia maya. Jangan sampai berekspresi diluar batas kewajaran sehingga bisa menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Caranya dengan mempunyai kesadaran pribadi tentang etika berekspresi yang baik di dunia maya, berpikir terlebih dahulu sebelum posting, jangan terlalu oversharing, dan berusaha untuk menulis hal-hal yang bermanfaat. Itu saja.

Tuesday, June 14, 2011

Tali Kokoh




membersamai orang-orang shalih
memang perintah Allah
memang keniscayaan bagi ikrar taqwa

tetapi meletakkan harapan
atau menggantungkan kebaikan diri padanya
pada sosok itu
adalah kesalahan
dan kekecewaan…

seorang sahabat berkata padaku
“aku ingin menikah
dengannya…hanya dengannya…”
aku bertanya mengapa
“agar ia menjadi imamku…
agar ia membimbingku…
agar ia mengajariku arti ikhlas dan cinta
agar ia membangunkanku shalat malam
agar ia membersamaiku
dalam santap buka yang sederhana”

“ahh…. itulah masalahnya,” kataku

dan dia kini tahu
bahwa khawatirku benar
bahwa sesosok lelaki penyabar yang dia kenal
juga bisa marah, bahkan sering
bahwa sosok lelaki shalih yang dia damba
kadang sulit dibangunkan untuk
shalat subuh berjama’ah
bahwa lelaki yang menghafal juz-juz al-qur’an itu
tak pernah menyempatkan diri
mengajarinya a-ba-ta-tsa…

“ahh…. itulah masalahnya,” kataku

semakin mengenali manusia
yang makin akrab dengan kita
pastilah aib-aibnya,
sedang mengenali Allah
pasti membuat kita
mengakrabi kesempurnaanNya

maka gantungkanlah harapan
dan segala niat untuk menjadi baik
hanya padaNya
hanya padaNya

jadilah ia tali kokoh yang mengantar pada bahagia
dan surga

~taken from Dalam Dekapan Ukhuwah by Salim A. Fillah~


Siapa sih yang ga kepingin kalo punya pasangan yang bisa menjadi teladan yang baik? Setiap muslimah pasti mau dunk ya. Saya juga pengen *blushing*. Tulisan di atas membuat saya jadi berpikir dua kali tentang tujuan menikah. Jujur, salah satu tujuan kenapa saya ingin menikah adalah agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Karena dengan berpasangan saya berharap agar ada yang bisa membimbing saya kepada kebaikan, ada yang mengingatkan ketika saya lalai, ada yang memberi motivasi ketika kurang bersemangat. Intinya, saya berharap pasangan saya itu kalo bisa adalah orang yang lebih baik dari saya.

Tapi setelah membaca tulisan oleh Salim A. Fillah diatas, sepertinya saya harus meluruskan niat lagi dalam menikah. Tetap berniat untuk jadi lebih baik, tapi tanpa menggantungkan harapan yang terlalu tinggi terhadap pasangan. Karena siapapun atau sebaik apapun akhlak pasangan kita, dia tetap aja manusia. Ada satu waktu yang imannya naik dan dia bisa menjadi teladan bagi kita. Tetapi dilain waktu, bisa jadi imannya turun dan menjadi tampak kekurangan yang ada pada dirinya.

Hm, so? letakkan harapan kita untuk menjadi baik, hanya padaNya dan hanya padaNya. Itu saja.
.:Banda Aceh, 14 Juni 2011:.

Tuesday, June 7, 2011

Tidak Pernah Sempurna








Kecewa, bisa terhadap diri sendiri maupun orang lain. Mungkin kita pernah kecewa pada saat salah dalam mengambil keputusan sehingga menzalimi diri sendiri. Kemudian kita merasa menyesal. Hm, menyesal boleh aja karena di satu sisi ia bisa mencerdaskan tetapi pada saat yang sama pula ia bisa melukai, tergantung diri kita aja mau pilih yang mana. Begitupun, kecewa terhadap orang lain yang mungkin bersikap tidak sesuai dengan yang kita harapkan, atau sebab lainnya.
Apapun penyebab rasa kecewa kita, sebenarnya hal itu merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan kita sebagai manusia, sebagai hambaNya. Karena, seperti yang dikatakan oleh Aidh al-Qarni dalam bukunya As’adu-Imraatin fil’alam, kebahagiaan dan kebaikan tidak pernah sempurna untuk seseorang.
Sekali lagi, tidak pernah sempurna kebahagiaan bagi seseorang. Suatu waktu dalam kehidupan, kita pasti pernah merasakan kecewa dan mungkin terluka karena persoalan yang kita hadapi. Hal yang bisa kita lakukan hendaknya jangan terlalu larut dalam kesedihan yang tiada akhir. Karena sesungguhnya penyesalan yang berkepanjangan—dalam pandangan Islam—merupakan salah satu fenomena kekufuran dan marah terhadap takdir-Nya (Aidh al-Qarni). Lagian, kalo sedihpun ingat aja bahwa untuk kesedihan juga berlaku hal yang sama yaitu tidak ada kesedihan yang sempurna (Tere Liye).


***

Again and again my writing is about disappointment. There is no any intention, I just write the summary of any references which I have read. Let’s start from a question, “What’s make someone feel disappointed?” When we have a very high standard in our dream and target in our life, sometimes we will feel disappointed when we can’t reach or make it come true.
We may feel disappointed to ourselves or other people. When we had taken wrong decisions which cause disadvantage to ourselves. Then, we regret it. Hm, feeling regret is okay because in one side it can make us smarter than before but at the same time it can make us more injured. It is up to us which one we wanna choose. In addition, we may feel disappointed to others who may treat us do not fit as we expected.
Whatever the cause of our disappointment, it’s a fact that we’ll never avoid this feeling in our life, as part of His creation. The reason is because, like being said by Aidh al-Qarni in His book As’adu-Imraatin fil’alam, happiness and goodness never perfect for someone.
Once more, happiness never perfect for anyone. Some time in life, we will feel disappointed and injured because of problem that we face. One thing that we can do it is not too feel an endless grieve, because of the prolonged remorse – in view of Islam- is one of the phenomena of disbelief and anger towards His destiny (al-Qarni). In addition, if we were sad, please remember that for the grief is also never perfect for anyone.
  
.:Banda Aceh, 7 Juni 2011:.

Monday, June 6, 2011

Sabar

Bagaimana caranya supaya menjadi pribadi yang penyabar?
 Sebuah tanya yang akhirnya saya temukan jawabannya.
Jika ingin sabar, maka BERSABARLAH.
Sederhana aja bukan? Yup, jawaban yang terbaik selalu sederhana.

.:Banda Aceh, 6 Juni 2011:.

Pemulih Jiwa


Ketika menonton acara motivasi Mario Teguh Golden Ways (MTGW) dengan tema Pemulih Jiwa, sebuah polling dilakukan dengan menanyakan, “Saat merasa marah, sedih, sakit hati dan kecewa, apa yang Anda lakukan?” Ada tiga opsi yang diberikan. Yang pertama, mengurung diri di kamar dan menangis sejadi-jadinya, yang kedua, memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman, dan ketiga, bertapa dan menenangkan diri.
Hm, hasil polling menunjukkan bahwa 20% peserta acara MTGW memilih opsi yang pertama, 70% dan 10% untuk opsi kedua dan ketiga. Hasil polling tersebut menarik karena ternyata sebagian besar orang memilih kongkow bareng teman untuk bersenang-senang agar melupakan masalah. Tetapi perilaku seperti ini disebut Pak Mario sebagai perilaku masking (topeng), karena ia bersenang-senang untuk menutupi kesedihan. Orang seperti ini pasti takut untuk berada dalam kesendirian karena khawatir akan teringat dengan masalah yang menyebabkan ia merasa sedih, sakit hati, marah dan kecewa.
Sedangkan untuk opsi pertama dan ketiga agak sama, yaitu membutuhkan waktu dalam kesendirian untuk menenangkan diri. Walaupun sebenarnya hal itu tidak menyelesaikan masalah. Setidaknya ada ketenangan yang didapat dari tangisan dan kesempatan untuk intropeksi diri serta memikirkan solusi. Untuk orang seperti ini, mudah-mudahan masalah tidak sering menghampiri hidupnya, karena kalau tidak bawaannya nangis dan menyendiri terus.
Menurut saya, poin penting yang ingin disampaikan Pak Mario pada acara tersebut adalah bahwa sesakit-sakitnya hati kita, masalah harus tetap dihadapi dan kita juga butuh untuk curhat pada sang Khalik, mengadu padaNya. Selain itu, jadilah pribadi yang bisa menemukan keheningan dalam sesibuk-sibuk waktu kita karena kita akan menjadi pribadi yang baru setelah berbicara dengan Nya. Jikalau kita menganggap masalah itu berat, sebenarnya Allah SWT memberikan masalah kepada kita dalam kapasitas yang sesuai dengan kekuatan kita. Anggap saja ketika ada ketidakbaikan yang kita terima hari ini, itu disebabkan karena ketidakbaikan yang pernah kita perbuat dulu. Dan jika ada kebaikan yang kita terima hari ini, maka itu disebabkan karena kebaikan yang kita buat dulu.
Saya teringat dengan sebuah ungkapan, ketika kita merasa kecewa dengan sikap orang terdekat kita atau orang lain yang membenci atau tiba-tiba menyakiti hati kita, maka jangan marah dulu, intropeksi dirilah, mungkin kita telah berbuat dosa, mungkin kita melakukan maksiat yang tidak diketahui orang lain dan kita belum bertaubat. Perbaikilah hubungan kita denganNya maka Ia akan memperbaiki hubungan kita dengan orang lain.
.:Banda Aceh, 6 Juni 2011:.

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...