Tuesday, November 8, 2011

Keterhijaban dan Baik Sangka

image



Ada banyak hal yang tak pernah kita minta
Tapi Allah tiada alpa menyediakannya untuk kita
Seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari,
Dan kicau burung yang mendamai hati
Jika demikian, atas doa-doa yang kita panjatkan
Bersiaplah untuk diijabah lebih dari apa yang kita mohonkan
~Salim A. Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah, hal. 168~

***
Sederhananya, apa yang kita tidak pinta aja, Allah selalu memberinya untuk kita, Apalagi hal yang kita pinta. Maka dalam berdoa, selalu ada tiga kemungkinan, bahwa doa itu akan dikabulkan, ditunda pengabulannya dan tidak dikabulkan tetapi akan diganti dengan yang lebih baik oleh Allah SWT. Maka belajarlah untuk berprasangka baik padaNya.

“Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah”
Ada berjuta kebaikan mengiringi prasangka baik kita padaNya. Dia setia bersama kita dan melimpahkan kebaikan, karena kita mengingatNya juga dengan sangkaan kebaikan.
~Salim A. Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah, hal. 173~

Apapun yang kita hadapi, baik itu kesenangan, kesedihan, kekecewaan, ketika harapan tidak seindah kenyataan yang ada, tetaplah belajar untuk lebih mengutamakan prasangka baik kita padaNya. Kita punya rencana untuk kehidupan, tapi Allah juga punya rencana yang jauh lebih indah untuk kita. Sebuah doa yang bagus menurut saya dari seorang kakak, “Ya Allah, berilah yang terbaikku, mudahkan segala urusan menuju kebaikan dan berilah kemudahan bagiku untuk menerima dan menjalankan apa yang telah Engkau tetapkan untukku”.
~sebuah nasehat untuk diri, moga juga bermanfaat bagi yang membaca~
.:Banda Aceh, 11 Nopember 2011:.

My Hijab Story


My Hijab Story started from my older sister. She is the model who inspire me to wear hijab. Saat itu saya masih siswa kelas enam SD, masa senang2nya menjadikan orang lain sebagai teladan, alias suka niru2. Sebagai seorang adik, tentu saja yang saya jadikan contoh dalam kehidupan kecil saya saat itu adalah kakak saya. Alhamdulillah, kakak saya udah memakai hijab sejak SMU. Melihat kakak saya jilbaban, saya jadi ikut2an senang jilbaban. Dalam artian, suka ngaca depan cermin dengan mencoba memakai jilbab.
Tetapi, ketika saya lulus SD dan mulai mendaftar di SMP, entah kenapa niat untuk jilbaban masih ada, tapi karena enggak ada yang terlalu ngompori untuk memakai jilbab, akhirnya sebagai remaja yang masih ‘labil’, saya batalkan niat saya untuk berjilbab. Dua tahun pertama sekolah di SMP, saya udah ga terlalu kepikiran lagi dengan jilbab. Hingga ketika awal kelas 3 SMP, seorang guru agama di sekolah saya, mengingatkan kami siswa2 putri untuk memakai jilbab. Big thanks to my religion teacher who remind me to wear hijab, istilahnya udah ada yamg ngomporin jadi semangat lagi deh untuk berjilbab.
Akhirnya, saya memutuskan untuk mengkomunikasikan keinginan saya berjilbab kepada orang tua. Dan hasilnyaaa…orang tua saya tidak setuju saya berjilbab saat itu. Alasannya adalah karena gimana gitu, agak tanggung karena udah SMP tahun akhir, harus mempersiapkan seragam baru yang hanya dipakai untuk satu tahun saja K.
Hm, kesannya orang tua saya kurang setuju kalo saya berjilbab, tapi menurut saya, orang tua saya mau nge-tes kesungguhan saya saja. Menyikapi, pernyataan orang tua saya, saat itu saya hanya bisa berucap,
            “terserah ayah ibu gimana baiknya, yang penting saya udah menyampaikan niat untuk pakai jilbab, setahun itu dua belas bulan sama dengan 365 hari, sebanyak itu pula dosa saya karena ga pake jilbab…”
Mungkin, orang tua saya juga kepikiran dengan pernyataan saya yang agak tegas itu, karenanya Alhamdulillah akhirnya dapat juga izin untuk pakai jilbab dari orang tua plus hadiah seragam sekolah baru yang lengan panjang dan yayy~! sejak itu, 18 agustus 1999, saya berevolusi menjadi the new ami..^^
Nah, jilbabab udah, now what? Tantangan baru dimulai. Bagi saya pribadi, tantangan awal setelah berhijab adalah tentang komitmen untuk berjilbab sesuai syar’i. Di awal2 berjilbab, saya begitu ingin dan tertarik untuk mengikuti gaya teman2 dengan jilbab gaulnya. Tapi, Alhamdulillah, tetap berusaha untuk keukeuh memakai jilbab yang benar, and that’s not easy. Tapi syukurlah bisa melalui masa2 sulit itu dan tetap dengan pilihan untuk berjilbab syar’i sampai saat ini, Insya Allah. Ini cerita hijabku, apa ceritamu?J.

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...