Wednesday, July 3, 2013

Creative Writhink*

Proses menulis kreatif merupakan lanjutan dari membaca kritis. Perbedaan membaca dan menulis adalah saat membaca kita mengamati tulisan orang lain, posisi kita aktif tapi pasif karena kita menilai tujuan tulisan orang lain. Sedangkan saat menulis kita yang aktif dalam mengemukakan pandangan kita.

Diawal kelas, kami diberikan secarik kertas yang terdiri dari beberapa kata. Dalam dua menit kami diharapkan untuk menulis segera apa yang terlintas dipikiran ketika membaca kata tersebut. Saat mengerjakan tugas tersebut, saya pribadi terus terang perlu waktu juga untuk berpikir, ga bisa langsung dapat ide untuk merangkai kata.

Pemateri menanyakan beberapa pertanyaan, seperti di kelas ini apa ada yang pernah nulis esai? Beberapa menjawab iya, beberapa menjawab tidak. Pertanyaan lanjutan, kira2 hambatan dalam menulis apa? Saat itu pemateri menulis kreatif meminta kami untuk sharing mengenai hambatan apa aja yang didapat ketika menulis. Dari jawaban yang kami berikan, setidaknya terdapat dua hambatan bagi kami untuk menulis. Yang pertama adalah hambatan teknis yang berupa sulit mendapat ide, ilmu/wawasan yang kurang, masalah koherehensi, vocabulary. Yang kedua yaitu hambatan psikologi, dan ini yang paling banyak. Hambatan psikologi ini berupa ketakutan untuk mengemukakan pandangan pribadi yang terkadang berbeda dengan pandangan kebanyak orang, takur akan komentar orang lain terhadap tulisan kita, merasa kerdil atau terlalu memandang negatif karya tulisan kita sendiri, khawatir jika yang ditulis dianggap konyol, atau terlalu sederhana, plagiat tanpa sadar, dan kekhawatiran lainnya.

Kemudian, pemateri mengajukan lagi pertanyaan, “apa pernah membaca esai yang berkesan?” salah seorang peserta di kelas menjawab dan menyebutkan esai berkesan yang pernah dia baca. Yaitu tentang pengasuhan tanpa syarat. Inti esai tersebut bahwa orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak2, hendaknya senantiasa bersikap baik pada anak, baik pada saat anak2 itu bersikap berkenan atau tidak berkenan bagi orang tuanya. Kalo ada yang kurang jelas, Tanya sama teman saya :D.

Di kelas menulis kreatif ini kami fokus ke esai. Esai itu sendiri berasal dari Bahasa Perancis yaitu Essayer yang artinya suatu usaha. Contoh esai yang paling sederhana yaitu surat. Misalnya anak kos yang mengirim surat untuk ortunya yang intinya minta duit. Dalam surat tersebut pastinya dijelaskan kenapa bisa sampe perlu duit, ada usaha oleh si anak untuk meyakinkan ortunya agar kehendaknya tercapai.

Yang harus dipahami lagi bahwa esai itu merupakan karangan khas yang berdssarkan sudut pandang personal pengarang. Semacama tulisan2 di blog ini, udah bisa lah disebut esai. Bentuk esai seperti sidik jari / sensor retina mata (biometri) yang jarang ada duanya. Misalnya cara orang membuka seperti apa, menutup seperti apa, menarik kesimpulan seperti apa, pasti akan berbeda antara satu penulis dengan penulis yang lain.

Pemateri menyampaikan bahwa ada tiga pilar dalam esai, yaitu komposisi, data dan impresi. Kita bahas satu persatu. Yang pertama komposisi. Bahasannya mencakup: darimana kita memulai, pilihan kata, sikap berbahasa, bagaimana mengunci. Khusus mengenai sikap berbahasa, hendaknya kita memperhatikan penggunaan EYD. Yang paling penting, kalo berbicara atau nulis, bahasanya jangan campur2..ini menunjukkan orang yang tidak punya sikap berbahasa…tertohok sekali saya mendengar pemateri menyampaikan poin ini :D. Yang kedua data. Data dalam esai harus lebih bersuara. Dalam artian data yang ada dikaitkan, misalnya data orang buta aksara kita kaitkan dengan data kemiskinan. Contoh lain, data kekurangan air di Afrika, kita kaitkan dengan data pemborosan air di benua lain. Dan yang ketiga yaitu impresi. Esai hendaknya mengesankan pembaca.

Di akhir kelas, pemateri menyampaikan bahwa menulis itu bukan bakat. Ia harus dilatih. Intinya, jika pengen pintar nulis, harus banyak latihan. Pelajari teknik orang nulis. Katakan iya untuk menulis kreatif dan saia pun masih berproses.

Ini beberapa sumber lainnya terkait menulis kreatif
*Creative Writhink ala Fahd Djibran
Menulis Kreatif ala Raditya Dika
Rahasia Menulis ala Salim A. Fillah

No comments:

Post a Comment

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...