Ketika coba2 searching di Google dengan kata
kunci “Wanita Jepang Mendidik Anak”, saya membaca beberapa tulisan yang menarik
dan menginspirasi tentang perhatian wanita2 jepang terhadap pendidikan anaknya.
Sebagian besar wanita2 Jepang mempunyai kesadaran yang
cukup tinggi terhadap tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu. Mereka
sangat memperhatikan keluarganya, terutama pendidikan putra putrinya. Bangga menjalankan
peran mereka sebagai pendidik utama bagi anak2 mereka. Mereka percaya bahwa
pendidikan anak di rumah yang dilakukan oleh ibunya sendiri akan membawa hasil
yang baik.
Di Jepang
orang mempercayai bahwa seorang ibu seharusnya berpendidikan baik dan
berpengetahuan cukup untuk bisa memenuhi tugasnya sebagai pendidik
anak-anaknya. Bagi mereka, menjadi wanita karir memang baik dan penting tetapi
berkarir untuk pendidikan dan masa depan anak-anaknya lebih penting. (sumber).
Sebagai tambahan, wanita Jepang menyadari bahwa mereka
perlu untuk meletakkan pendidikan dasar pada masa-masa emas anak dan juga
meletakkan dasar pendidikan karakter dan berperilaku sejak dini kepada
anak-anaknya (sumber).
Setelah saya ingat2 lagi pengalaman tinggal di Fukui, baru
saya mengerti mengapa salah seorang staf di divisi hubungan luar negeri di
Universitas Fukui, memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya ketika
dia akan menikah. Dan saya juga baru mengerti kenapa setiap sore ketika baru
pulang dari kampus, saya melihat banyak anak-anak yang berkumpul di tempat
bermain dekat apartemen selalu bersama ibunya.
Menjadi Ibu Rumah Tangga Professional dan Ibu
Pendidik, hmm, itu yang dicontohkan oleh wanita Jepang. Akankah kita akan
meneladani kebaikan yang dicontohkan oleh mereka? jika melihat kondisi
masyarakat Indonesia, justru yang terjadi sebaliknya. Profesi Ibu Rumah Tangga
(IRT) masih dianggap rendah. Menurut saya, ini menjadi tantangan tersendiri
bagi para IRT di Indonesia untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa anak2
hasil didikan mereka lebih unggul dalam hal imtaq dan iptek. Selain anak2 itu
mempunyai wawasan yang luas, mereka juga mempunyai akhlak yang mulia sehingga
bisa menjadi teladan yang baik bagi anak2 lainnya. Sungguh, bukan tugas yang
ringan ya untuk menjadi IRT.
Jadi teringat dengan perkataan Pak Mario Teguh, “Saya
merasa beruntung sekali jika mempunyai seorang ibu yang professor yang bisa
mendidik saya dengan baik, daripada ibu professor yang mendidik anak orang lain
sedangkan saya diserahkan pada orang lain yang akhlak dan tutur katanya tidak
bertanggung jawab”. Di sini Pak Mario mengingatkan bahwa karir pertama bagi
seorang wanita adalah keluarga.
Fenomena wanita Jepang dan pendapat diatas sejalan dalam
pandangan Islam bahwa ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak (sumber). Yang berarti
bahwa baik atau tidaknya anak itu tergantung dari orang tua, terutama Ibu. Jika
ibunya bisa mendidik dan menjadi teladan yang baik bagi anak2nya, Insya Allah
anak2 itu akan mempunyai akhlak yang baik juga. Begitu juga sebaliknya. Mudah2an
ada kesempatan bagi kita semua untuk meneladani kebaikan yang dimiliki oleh
wanita2 Jepang itu
. Amiin.
.:Banda Aceh, 9
Juli 2011:.