Pembahasan
tentang mahar, pasti ga bisa lepas dari pernikahan. Karena mahar merupakan salah
satu syarat sah pernikahan. Kalo datang ke acara pernikahan, salah satu yang
menjadi pertanyaan dalam hati, berapa-an ya maharnya. Hanya sekedar pengen tau
aja siy. Mengingat bahwa ternyata mahar di Aceh ini termasuk yang kedua
tertinggi di Indonesia setelah Sulawesi (sumber). Pada tulisan
ini, ingin sedikit membahas tentang Mahar dalam Islam dan Mahar dalam adat Aceh.
Mahar dalam
Islam
Berikanlah
maskawin (mahar) kepada wanita yang kalian nikahi
sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan.
(An Nisa:4)
Syari’at tidak
memberikan batasan pada mahar karena tingkat ekonomi setiap individu itu
berbeda. Namun, dianjurkan bagi muslimah untuk meringankan mahar.
Rasulullah
pernah bersabda:
“Sebaik-baik
mahar adalah yang paling meringankan”
(HR. Abu Dawud,
Al-Hakim, dan ia menshahihkannya)
Realita pada
zaman Rasulullah, kita dapati bahwa pernikahan menjadi begitu mudah karena mereka
tidak memberat2kan masalah mahar. Pemuda, dengan kerelaan dari calon istrinya,
memberi mahar menurut tingkat kemampuannya masing-masing. Bagi yang mampu,
mereka dapat membayar mahar secara tunai, jika tidak mampu mereka dapat
membayar mahar secara cicil, dan jika sangat2 tidak mampu pun, mereka dapat
memberikan mahar dalam bentuk apapun dengan nominal serendah mungkin. (Sumber).
Mahar dalam
Adat Aceh
Di aceh,
maharnya didasarkan pada emas dengan satuan mayam yang setara dengan 3,3 gram
emas. Dilihat dari pemilihan emas sebagai mahar, bisa dimaklumi karena mahar
itu salah satunya dapat berupa harta (materi) yang mempunyai nilai nominal.
Selain ia juga bisa berupa jasa atau manfaat yang dapat diambil oleh sang
muslimah.
Kebanyakan
teman2 saya yang sudah menikah, mahar mereka mengikuti standar yang berlaku di
Aceh. Kurang tau juga penetapan standarnya darimana, mungkin dilihat dari
rata-rata pernikahan yang terjadi di masyarakat Aceh, yaitu sekitar 10 mayam. Selain
itu ada yang 16 mayam, 20 mayam, bahkan pernah suatu kali ketika menghadiri
pernikahan seseorang, ketika disebutkan maharnya mencapai 30 mayam. Wow~! Bagi saya
fantastis banget nilai maharnya. Jadi shock sendiri waktu dengarnya. Cuma bisa berprasangka baik bisa jadi sang wanita banyak bersyukur dan sedekah
kali ya, jadi bisa dapat rezeki mahar yang begitu banyak dan berprasangka baik
juga mudah2an sang pria benar2 ikhlas memberikan maharnya dengan penuh kerelaan
kepada istrinya.
Bagi saya,
seberapapun mahar yang diminta oleh sang wanita, jika sang pria mampu ya
silakan2 saja. Yang jadi masalah jika jumlah mahar yang diminta itu memberatkan
bagi sang pria, repot deh jadinya karena pernikahan yang seharusnya disegerakan
menjadi tertunda. Karena dalam pikiran saya, menikah itu kan untuk kebahagiaan
berdua, maka saling pengertianlah idealnya J.
Mahar Tinggi,
Positif dan Negatifnya
(+)
Menekan angka
perceraian, supaya orang2 ga mudah kawin cerai
Untuk memacu
semangat pemuda2 agar lebih berusaha mencari penghasilan
(-)
pernikahan yang sebaiknya disegerakan, malah jadi tertunda
pacaran yang dilarang, malah jadi bertambah
lama
Bagi yang
kurang mampu, diusianya yang matang jadi telat deh nikahnya..
Jadi solusinya
gimana ya? Mungkin hal ini dapat dimulai dari para muslimah itu sendiri. jika permintaan
mahar itu dapat disanggupi oleh sang pemuda, maka Alhamdulillah. Tapi jika memberatkan
bagi sang pemuda, maka ringankanlah (sumber).
Dari ‘Uqbah bin
‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik
pernikahan adalah yang paling mudah.”
(HR. Abu Dawud (n.
2117), Ibnu Hibban (no. 1262 dalam al-Mawaarid) dan ath-Thabrani
dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no. 724) dshahihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam Shahihihul Jaami’ (no. 3300))
Tapi ditengah2
fenomena semacam itu di Aceh, saya yakin, tidak semua keluarga Aceh seperti
itu. Saya teringat dengan seorang teman yang menjadikan mahar pernikahannya
berupa hafalan al-Qur’an. Kagum saya pada sikapnya yang tidak memberatkan mahar
calon suaminya. Serta orang tuanya yang juga berlapang dada terhadap calon
menantu mereka.
Mahar, tinggi
atau tidaknya, tidaklah menandakan kemuliaan atau ketaqwaan seseorang. Maka permudahkanlah
urusan mahar, jangan berlebih2an.
~moga dapat menjadi bahan renungan, terutama bagi diri
jika saat itu tiba~
Wow Ami-san...mantapz bgt tulisannya.. Sgt bermanfaat.. salut juga ma kwn Ami y maharnya berupa hafalan Al-Qur'an =D
ReplyDeleteBtw, ad loh teman abg...y waktu mau nikah maharnya diberatkan ma keluarga cew, tujuannya supaya tu cow mundur. Tapi krn mang niatnya tulus semua teman2 tu cow ikhlas bantuin, ampe maharnya cukup.. =)
tulisannya dari berbagai sumber..
ReplyDeletetapi rada berat juga nulis ini
gampang diomongin, takutnya berat untuk dijalankan..
tapi mudah2an jika saat itu tiba, Allah memudahkan semua urusan, amin..
iya ci, kk leting..
hm, ada ya kejadian kayak gitu..alhamdulillah ada yang bantuin, kl jodoh ga bakal kemana..:)
AMIN... ya Mi smoga =)
ReplyDeleteWah...wah... Ami dah mulai ngomongin dowry ne... Ama doain segera dapat dowrynya ya... ;)
ReplyDeleteDi daerah kita (Aceh) takaran mahar ini identik banget dengan adat dan budaya di suatu kampung/domisili si gadis. Sangat disayangkan kalau ada masyarakat yang salah mengartikan pemberian mahar ini sebagai suatu prestige untuk mencapai presisi dalam masyarakat. "Semakin banyak maharnya, semakin tinggi tingkatan sosial keluarga si gadis"
http://lovewatergirl.wordpress.com/2012/01/24/disuatu-cafe-di/
amin, makasie ya Ama..:)
ReplyDeletemiris :(
waa...mungkin ada postingan khusus tentang mahar di blog ai, anyway...inspired banget kak^^
ReplyDeleteditunggu tulisannya ai-chan~! :),
ReplyDeletealhamdulillah, moga bermanfaat dan dapat kita amalkan..amin YRA