Friday, February 10, 2012

Barakah Itu..

doa pernikahan

Teman : hey, datang ya ke nikahan kakak ku
Aku      : Oh, boleh ni..makan2..hehe
Teman : datang ke kondangan niatnya koq makan2?, niatkan datang untuk ga sekedar makan2, tapi juga mendoakan..
Aku      : Ooo, ada doanya ya? Mau donk..
Teman : iya, ini doanya, Baarakallaahu laka, wa baarakallaahu ‘alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir....
Aku      : dihafal dulu yak, thanks..^^
***
Well, cerita diatas, cerita waktu sma, dimana sahabat saya mengajarkan sebuah doa barakah pernikahan. Dan Alhamdulillah dari situ jadi sedikit mengerti bahwa tujuan datang ke kondangan ga sekedar untuk datang aja, kasih kado, makan2, nampain muka, salam, ucap selamat ke pengantinnya, tapi ada yang lebih penting yaitu mendoakan keberkahan pernikahan mereka.

Sering kita mendengar ucapan selamat dari orang2 agar pasangan pengantin itu bisa membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah, atau ucapan “selamat ya udah nikah”, “moga banyak anak ya”, “moga langgeng sampe kakek nenek”..dan banyak lagi, salahkah dengan semua itu ucapan baik itu? Untuk tahu tentang hal ini, agak banyak saya ambil tulisan Salim A. Fillah dalam bukunya Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim dalam Bab Barakah J. Cekidot.

            Ada kegundahan besar dalam diri ‘Uqail ibn Thalib, sang pengantin, ketika mendengar kawan2nya berdoa, “semoga bahagia dan banyak anak!” mudah2an sama dengan kegundahan kita ketika mendengar doa “selamat menempuh hidup baru, semoga kekal dunia akhirat!” atau doa, semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah..Lho apa yang salah? Doa2 ini semuanya berisi harapan kebaikan. Apa yang salah?
            Kisah ‘Uqail ibn Thalib ini berujung sebuah sunnah yang sangat indah. Sebuah pelajaran, sebuah doa. Sebuah tuntunan tentang bagaimana selaiknya kita mendoakan orang yang menikah. Berkaitan dengan pembicaraan kita tentang barakah, inshaallah ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga.
            “Janganlah kalian berkata demikian, karena sesungguhnya Rasulullah telah melarangnya” kata “Uqail. Lalu bagaimana? Apa yang harus diucapkan? “Ucapkanlah”, sambung ‘Uqail, “Baarakallaahu laka, wa baarakallaahu ‘alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir..” Semoga Allah karuniakan barakah kepadamu, dan semoga Ia melimpahkan barakah atasmu, dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan.
            Perhatikan kata yang di italic, sesungguhnya bentuk gabungan preposisi+nomina la+ka (kepada+mu) memiliki arti siratan yang berbeda dengan ‘alai+ka (atas+mu). Yang pertama memberi siratan bahwa barakah kita harapkan pada hal2 yang kita sukai, sedangkan yang kedua memberi pengertian bahwa barakah itu juga kita doakan senantiasa ada dalam hal yang tidak kita sukai. Yang satu bersumsumkan hal2 yang ‘baik’, dan yang lain membawakan makna hal yang ‘buruk’.
            Secara garis besar, hidup ini isinya ya hanya dua yang tadi kita sebut: yang kita sukai dan yang tidak. dan yang pasti, dua2nya ada. Kadang seiring, ada kalanya bergantian, dan berselang seling. Dalam pernikahanpun demikian. Ada saat, ada waktu, ada kala, ada kondisi, ada hal, ada keadaan, semuanya bisa dalam konteks disukai dan tidak. tetapi dalam hal apapun itu, disukai atau dibenci, menyenangkan maupun memprihatinkan, melahirkan tawa atau tangis, membuat gelak maupun isak, kita senantiasa berharap ada barakah. Kita berdoa, baarakallaahu laka wa baarakallahu ‘alaika, dan kita tutup dengan, “Semoga Allah himpun kalian berdua dalam kebaikan.”
                Sejatinya, apa itu barakah?  Sepertinya ia begitu penting, begitu menyita prioritas. Seperti itulah barakah. Seolah ia merangkum aneka harapan, yang sejatinya berujung kebaikan. Bahagia, banyak anak, hidup yang baru, kekal dunia akhirat, sakinah mawaddah wa rahmah. Itu semua harapan. Tentang bahagia dan banyak anak misalnya, memilih calon pasannganpun kita diperintahkan untuk memilih yang penyayang lagi subur, karena Rasulullah akan berbangga dengan banyaknya jumlah ummatnya di hadapan ummat2 lain pada hari kiamat. Tetapi, ada yang bahagia hanya di dunia saja. Ada yang banyak anak justru menjadi fitnah. Ada yang kehidupannya yang baru bukan semakin dekat, tetapi semakin jauh dari Allah. Ada yang kekal berpasangan dunia akhirat, tetapi abadi menggelegak di jahannam, seperti Abu Lahab dan istrinya. Na’udzubillaahi min dzaalik..
            Jadi, apa yang menjadi perangkum, pengikat semua kebaikan dan kebahagiaan itu, agar benar2 menjadi kemuliaan? Apa yang membuat banyak anak dan kehidupan baru menjadi bermakna? Apa yang membuat sakinah, mawaddah, dan rahmah jauh lebih bernilai dari sekedarnya saja?
            Barakah. Ya, barakah. Dan kita bertanya2, apa itu barakah. Sederhananya, barakah adalah bertambahnya kebaikan dalam setiap kejadian yang kita alami waktu demi waktu. Ketika Allah mencintai hambaNya, maka ia berkenan membuat hati sang hamba begitu peka. Saat ditenggelamkan dalam lautan nikmat, ia peka dan tidak pernah melalaikan satu kata. Syukur. Lain sisi, disaat Allah juga mengasahnya dengan gelombang musibah yang bertubi2, dia tidak melupakan satu kata. Sabar.
            Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang beriman. Jadi, yang dicinta disisi Allah tak selalu mereka yang senantiasa tertawa dan gembira. Sebagaimana bukan berarti dibenci Allah jika senantiasa merasakan kesempitan. Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih.
            Telah begitu panjang pembicaraan kita tentang barakah, afwan. Maafkan saya. Tentu yang lebih berharga saat ini adalah, bagaimana kita meraih barakah itu. Bagaimana agar dalam kondisi apapun, kapanpun, dimanapun, nafas2 kita adalah hembusan keberkahan, detik2 kita dihitung sebagai kebaikan, sebagai pahala. Bagaimana? Dimana kita harus mencari barakah itu?
            “jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan bukakan atas mereka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Al A’raaf 96)
            Shadaqallaah…kunci barakah itu ada pada keimanan dan ketakwaan. Keimanan yang meyakinkan kita untuk terus beramal shalih menurut apa yang telah dituntunkan Allah dalam tiap aspek hidup, semuanya. Dan ketaqwaan, yang mengisi hari2 kita dengan penjagaan, kepekaan, dan rasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah. Dan jika hidup ini terasa menyiksa, kita merasa semakin jauh dengan Alah..mari, mengajak diri kita untuk berkaca. Barangkali ada nikmat Allah yang kita kufuri. Barangkali ada karunia yang kita dustakan. Atau mungkin ada ayat-ayatNya yang kita permainkan. Astaghfirullaah. Astaghfirullaahal ‘Adhiim..  
            Wahai jiwaku yang mendamba barakah dalam pernikahan sebagaimana saudara2mu telah mendoakan.. wahai diriku yang merindu detik2 kebahagiaan dan kedekatan dengan Allah..inilah saatnya. Inilah waktunya untuk menggapai pernikahan yang barakah itu. Jika engkau belum menikah, ada kesempatan untuk mempersiapkan dan ada waktu untuk menata hati. Dan jika Engkau telah menikah, tiada kata terlambat untuk mengisi hari2 kedepan dengan perbaikan. Karena kita tak boleh berhenti belajar, dan tak terkenan istirahat untuk terus memperbaiki diri.

~teruntuk teman2ku,
adin, chandra, munan, ipan-ulfa, dan lia serta
semuanya yang telah menggenapkan setengah dien,
Baarakallaahu laka, wa baarakallaahu alaika, 
wa jama’a bainakuma fii khaiir..

wedding card

“Semoga Allah memberi barakah kepadamu (dalam suka) dan semoga Allah memberi barakah atasmu (dalam duka), dan semoga Ia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan.” 
(HR. Sa’id ibn Manshur) dinilai Sahih

4 comments:

  1. Owh..gitu ya Mi, ntar diubah deh cara ngucapin congrat nya k yang Nikah =). Thax infonya...

    ReplyDelete
  2. itu kan mirip lagunya si maher... hehe btw bru ngerti knp.. tq ami..

    ReplyDelete
  3. iya,ada lagunyaa..,
    ada baiknya dihafal..^^
    sama2 ;)

    ReplyDelete

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...