Friday, February 18, 2011

Resensi: Bidadari-Bidadari Surga

Bidadari-Bidadari Surga by Tere Liye

Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al Waqiah: 22). 
Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. 
Mereka baik lagi cantik jelita. (Ar Rahman: 70). 
Suara Mamak berkata lembut saat kisah itu diceritakan pertama kali terngiang di langit-langit ruangan: 
bidadari-bidadari surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49)....

Novel ini menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga miskin di daerah Lembah Lahambay. Anggota keluarga yang terdiri dari Babak, Mamak, Kak Laisa, Dalimunte, Wibisana dan Ikanuri, serta Yashinta.

Babak, yang meninggal karena menjadi korban keganasan Harimau Gunung Kandeng,

Mamak, yang sejak kepergian Babak harus mendidik, membesarkan dan menyekolahkan anak2nya seorang diri

Kak Laisa, sosok bidadari surga. Si anak sulung yang postur tubuhnya yang begitu berbeda dengan adik2nya. Ia sosok kakak yang senantiasa mengutamakan Mamak dan adik2nya, Ia sosok yang walaupun memutuskan untuk tidak lanjut sekolah agar bisa membantu Mamak menambah penghasilan keluarga dari sawah dan ladang milik mereka, senantiasa menjadi teladan yang baik bagi adik2, ia yang selalu menasehati, melindungi, memarahi dan memotivasi adik2 nya untuk rajin belajar, mandiri dan senantiasa kerja keras agar bisa meraih kesuksesan. Dari sosok Kak Laisa lah, adik2nya bisa menjadi orang hebat ketika mereka dewasa.

Betapa indahnya kehidupan di luar sana (diluar Lembah Lahambay). Kalian akan memiliki kesempatan itu, yakinlah....
Kakak berjanji akan melakukan apapun demi membuat semua ini terwujud...."
Dalimunte menyeka ingusnya.
"Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan Kakak, kalian harus rajin
sekolah, rajin belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang
hari terbakar matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana, Dalimunte, kalian
harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji kehidupan
yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput...."


Dalimunte, anak yang patuh, senantiasa semangat belajar, bekerja keras dan bersungguh-sungguh, mudah terharu. Dewasanya menjadi professor muda di bidang fisika.

Wibisana dan Ikanuri, dua bersaudara yang rapat satu sama lain, sama nakalnya, suka membantah Kak Laisa, sering membolos sekolah. Dewasanya sukses dengan bengkel modifikasi mobil.

Yashinta, si bungsu yang cantik dan rupawan yang begitu mencintai alam. Dewasanya sukses menjadi Peneliti konservasi alam, mencintai kegiatan mendaki gunung dan meyelami lautan.

Cerita ini begitu menguras air mata, walaupun ada juga sisi2 lucu juga yang buat tertawa. Menurut saya ada beberapa hal penting yang coba disampaikan dalam cerita ini:


Kak Laisa, sosok yang rupanya tidak indah dalam pandangan manusia, tapi Ia mempunyai pribadi yang begitu mengutamakan orang lain. Begitu ridha dengan takdir-Nya bahwa Ia harus putus sekolah. Pun dalam masalah jodoh, ridha dengan takdir bahwa Ia tidak berjodoh dengan lelaki di dunia fana ini,


Pesan tentang pentingnya mempunyai sosok teladan bagi anak sejak dari kecil, baik itu orang tua atau saudara,


Rahasia Mamak mendidik anak2nya agar menjadi anak yang cerdas dan membanggakan, tumbuh dengan karakter yang kuat dan akhlak yang baik. Yaitu dengan metode bercerita selepas shubuh, seusai shalat bersama, mengaji bersama, Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga setengah jam bercerita. Tentang Nabi-Nabi, sahabat Rasul, tentang keteladanan manusia, tentang keteladanan hewan dan alam liar (dongeng-dongeng), negeri-negeri ajaib, dan sebagainya. Dari situlah imajinasi anak2 terbentuk. Tidak ada gambar2, karena Mamak tidak bisa membelikan mereka buku cerita. Juga tidak ada televisi. Mereka bisa melihatnya langsung di alam sekitar. Lembah mereka. Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan teladan, kerja keras, berdisiplin.


Dari sini saya menyadari satu hal, bahwa tugas menjadi Ibu tidak mudah. Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak, mau tidak mau dituntut untuk menjadi sosok yang berilmu dan teladan yang baik bagi anak. Untuk menghasilkan anak yang baik, semuanya butuh proses yang baik. Tidak ada anak-anak di dunia yang instan tumbuh seketika menjadi baik. Masa kanak-kanak adalah masa 'peniru'. Mereka memperhatikan, menilai, lantas mengambil kesimpulan. Lingkungan, keluarga, dan sekitar akan membentuk watak mereka. Celakalah, kalau proses 'meniru' itu keliru. Contoh yang keliru. Teladan yang salah. Dengan segala keterbatasan lembah dan kehidupan miskin, anak2 yang keliru meniru justru bisa tumbuh tidak terkendali.


Belajar tentang eskpresi cinta, bahwa perasaan itu tidak selalu harus dikatakan, cara menatap, cara bertutur sungguh cermin dari isi hati. Bahwa cinta itu, tidak hanya antara lawan jenis, tapi banyak cinta2 yang lain, seperi cinta kita kepada Allah SWT, kepada Rasulullah, kepada orang tua, saudara kita, teman2 kita.


Mudah2an setelah membaca tulisan singkat ini, kalian tertarik untuk baca novelnya. Kalo tidak tertarikpun, saya tetap maksa kalian untuk baca novel ini, saya jamin kalian ga akan rugi, bacaan yang bagus ini saya rekomendasikan buat kalian.


.:Geelong, 15-16 Februari 2011:.

2 comments:

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...