Tuesday, December 31, 2013

Seminar Parenting Nasional, Menumbuhkan Segenggam Iman Anak Kita



Sabtu, 28 desember 2013 yang lalu,  saya berkesempatan untuk datang pada acara seminar parenting nasional. Seminar ini menghadirkan penulis buku best seller ust. M. Fauzil Adhim. Wah, rasanya gimanaa gitu bisa jumpa dengan penulis buku yang saya kagumi karena keluasan ilmunya yang tertuang dalam tulisan-tulisan yang berbobot juga insha Allah. Yang pasti senang karena bisa menimba ilmu secara langsung kepada beliau. Pada tulisan ini, saya ingin men-share sedikit ilmu yang saya dapat dari seminar ini.

Pada awal seminar ustad bertanya, “Jika kita ingin membangun gedung yang sangat tinggi, apa yang perlu diperhatikan?”, ada peserta yang menjawab pondasi. Yup, ternyata pondasi merupakan hal yang sangat krusial dalam membangun suatu gedung. Jadi, sibuk dengan akseroris atau eksterior adalah hal yang kurang tepat. Begitu halnya dengan anak, bangun pondasi mental yang kuat pada anak, jangan rapuh. Seperti halnya mengajak anak untuk melakukan shalat atau menggunakan jilbab atau menghafal al Quran, bangun pondasi pemahaman yang kuat mengenai shalat atau jilbab atau al Quran. Jangan hanya menyuruh saja. Karena bagaimana anak mau berpayah-payah melakukan sesuatu jika belum diberi keyakinan.

Sebagai tambahan, memperhatikan umur anak ketika mengajak mereka untuk melakukan perintah agama juga sangat penting. Dalam al Quran dijelaskan bahwa ketika umur 10 tahun sudah harus melakukan salat, jika tidak mau ada konsekuensinya. Nah, disini, usia 7 tahun bagi anak udah bisa dilatih untuk menunaikan salat. Agar kebiasaannya terbentuk. Sehingga ketika umur 10 tahun, sang anak diharapkan telah mempunyai kebiasaan dan kesadaran untuk mendirikan salat.

Saat ini, sekolah-sekolah agama kita lihat anak-anak diajak untuk mendirikan salat, menghafal quran, dll. Sungguh ini merupakan program yang bagus. Namun ada bagusnya jika program-program seperti ini disertai dengan penanaman pemahaman yang kuat terhadap anak. Sehingga berbagai macam kegiatan yang dijalani oleh anak disekolah tidak sekedar menjadi rutinitas dan beban bagi mereka. Konsep ini penting. Kenapa? Disini, ustad mengajukan pertanyaan lagi, “Apakah orang yang tau banyak tentang agama itu semuanya beriman?” jawabannya, belum tentu. Kita belajar dari sejarah Aceh sendiri, seorang Snouck Hongraje. Dia tau banyak tentang agama, namun visinya adalah untuk menjatuhkan Rakyat Aceh. Contoh lain, koleksi buku-buku Islam yang terbanyak di Indonesia itu ada dimana? Apakah di perpustakaan-perpustakaan Universitas Islam? Ternyata tidak. Menurut info dari ustadz, justru koleksi buku islam terbanyak di Indonesia itu ada di Gereja. Ustad ada sebutin nama lokasinya tapi saya ga ingat lagi. Untuk apa nonmuslim mengkoleksi buku-buku itu? Untuk mereka pelajari sehingga dapat mencari kelemahannya.

Nah, korelasinya seperti apa ya? Pengetahuan itu beda dengan yakin. Sekedar memiliki pengetahuan agama yang banyak tidak akan mengubah apapun. Karena tidak tertanam dalam hati. Maka kokohkanlah keyakinan dan kuatkan tujuan agar apa yang dipelajari itu mudah untuk diamalkan.

Ada riset yang mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengatakan kata ‘jangan’ kepada anak-anak. Sebaiknya mengganti kata ‘jangan’ dengan kata positif. Seolah-olah menggunakan kata jangan adalah sesuatu yang tidak baik. Padahal jika kita kaitkan hasil riset ini dengan yang terdapat dalam al-Quran, maka ada kontradiksi. Dalam QS Al Luqman, yaitu surat yang sering dikaitkan dengan cara mendidik anak, maka kalimat yang dinyatakan adalah “Ya Bunayya, Laa…”  yang menunjukkan suatu kalimat larangan. Pun, kunci masuk surga adalah Laailaahaillallah. Ada kata Laa disitu. Dalam sebuah buku tentang manajemen kelas yang baik, dikatakan bahwa hendaknya dalam kelas itu ada aturan dan batasan, ada aturan dan prosedur, ada perintah dan larangan. Jadi, bantulah anak-anak untuk bersikap seperti yang kita harapkan dengan aturan yang jelas. Sekali lagi, dengan aturan yang jelas.

Kemudian, ustad juga menyebutkan tentang anjuran untuk sukses. Misalnya pada seminar atau pelatihan-pelatihan yang menggunakan kata motivasi seperti Let’s get success yang kemudian diikuti dengan jawaban Yes, Bisa!. Yang ustadz ingatkan disini bahwa, anjuran untuk sukses itu sejak dulu sudah ada. Hal ini terdapat pada lafazh azan, “hayya ‘alasshalah” (mari meraih kemenangan) yang kita ketahui bersama bahwa jawabannya adalah “laa haula wala quwwatailla billah” (tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah).


Pada akhirnya, lebih kurang ini hasil dari mengikuti seminar parenting nasional menumbuhkan segenggam iman anak kita. Panjang juga ya tulisan nya, semacam ahli kalipun saya dalam bidang parenting, padahal berkeluargapun belum. Doakan ya pembaca, saya segera berkeluarga. Ups, curcol :D

No comments:

Post a Comment

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...