Pada pertemuan kedua Sekolah Riset, kami
belajar mengenai Filsafat Ilmu dan Penelitian. Di awal kuliah, pemateri
menyampaikan pesan-pesan Qurani yang menjadi rujukan utama dalam meneliti,
yaitu QS Al-'Alaq: 1-5. Seperti yang kita tahu bahwa surat ini merupakan surat
pertama yang mengajak kita untuk membaca, tidak hanya dalam artian membaca buku
tapi juga membaca alam. Selain itu QS Ali Imran: 190-191, yaitu
..Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau dan peliharalah kami dari siksa api neraka.
Ayat diatas menggambarkan ungkapan seorang
peneliti, yang dari hasil ‘membaca’ nya kemudian menyimpulkan bahwa semua yang
ada di alam semesta ini diciptakan dengan maksud tertentu.
Adapun penelitian itu diawali dengan rasa
ingin tahu kita yang disertai dengan proses berpikir. Rasa penasaran ini
kemudian diekspresikan dengan pertanyaan-pertanyaan. Jika dilihat dari definisi
ini, maka saya yakin bahwa setiap orang pasti dapat menjadi peneliti. Karena
pastinya kita senantiasa punya rasa ingin tahu.
Dilingkungan akademik dikenal istilah
penelitian ilmiah. Ilmiah yang dimaksud disini bahwa penelitian dilakukan secara
sistematis, logis dan berdasarkan realitas, bukan opini. Nah, budaya penelitian
ilmiah ini yang sangat penting untuk dikembangkan. Karena banyak sisa-sisa misteri
di alam ini yang belum terungkap. Dimana sisa-sisa misteri ini bisa jadi lebih
banyak dari misteri yang telah terungkap J.
Nah, gimana caranya supaya meneliti bisa menjadi budaya
dikalangan kita? Tentunya banyak faktor yang menentukan, seperti SDM, dana,
mengubah paradigma bahwa penelitian itu sulit menjadi penelitian itu walau
sulit pasti bisa dilakukan. Trus apa hubungannya penelitian dengan filsafat?
Filsafat itu adalah berpikir mendalam yang mendukung
dalam melakukan penelitian. Asal muasal filsafat adalah karena adanya
ketakjuban atau kekaguman atas sesuatu, adanya ketidak puasan atau
keingintahuan yang pada diri seseorang. Bisa dibilang, dengan berpikir mendalam
akan melatih kita untuk berpikir tingkat tinggi. Kalo istilah pematerinya filsafat
dapat menghasilkan generasi berlangit tinggi dimana proses pembumiannya dengan
penelitian.
Perkuliahan ini ramai dengan diskusi, dimana pertanyaan
yang muncul begitu menggigit, tapi ga semua pada nanya. Sampe-sampe pematerinya
mengingatkan agar kehadiran diperkuliahan jangan hanya kehadiran fisik tapi juga
harus ada kehadiran jiwa intelektual. Btw, saya salah satu yang tertohok dengan
kalimat di atas, coz, I’m really really good listener in the class :D.
Tapi ya, kalo yang saia lihat, ketika orang belajar
filsafat, mereka cenderung banyak bertanya. Well, this is good, tapi bukan
berarti semua hal perlu dipertanyakan.
No comments:
Post a Comment