Wednesday, June 5, 2013

Filsafat Berpikir


Masi membahas tentang filsafat. Mari kita cek QS 18:103-105.
“Katakanlah: “apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”.  Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang-orang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan perjumpaan dengan Dia.  Maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka di hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi :103-105)

Ayat ini ditujukan kepada tiap individu dimana pesan filosofi ayat ini bahwa hendaknya kita jangan sibuk dengan kekurangan orang lain. Tetapi sibuklah berpikir kritis, merenung, refleksi atau meneliti diri kita sendiri, jangan sampai kita merasa telah berbuat banyak kebaikan, nyata-nyatanya dalam pandanganNya kita ga berbuat apa-apa, hingga kita jadi orang yang merugi.

Filsafat berpikir merupakan usaha menggunakan kemampuan berpikir dengan akal dimana hal ini diawali dengan iqra’. Peranan iqra’ sangat penting dalam proses berpikir. Kenapa? Karena iqra yang akan meluaskan semesta ilmu manusia.

Menanggapi sebuah pertanyaan, kalo ga salah, pemateri mengatakan bahwa ada dua kondisi awal manusia, yaitu kondisi pre-determinasi dan free-will. Pre-determinasi adalah kondisi yang tidak ada pilihannya. Dimana manusia tidak bisa memilih jenis kelamin, warna kulit, dll.  Allah tidak akan bertanya kepada manusia mengenai hal ini karena fungsinya sudah jelas. Kondisi free-will adalah kondisi dimana manusia dapat menentukan pilihan dan Allah akan bertanya mengenai hal ini. Misalnya, mulut fungsinya jelas untuk makan dan Allah ga akan bertanya pada kita tentang ini, tapi yang bakal ditanya olehNya adalah apa yang kita makan, halal atau tidak?  darimana dapatnya? Dsb.

Berpikir merupakan metodologi bagi kita untuk menghindari kekerasan. Fenomena yang sering kita lihat di masyarakat bahwa masyarakat kurang memiliki kemampuan berdialektika sehingga ketika ada masalah, jalur kekerasan menjadi pilihan untuk menyelesaikan masalah. Padahal, jika ada masalah, ada baiknya jika didiskusikan dengan baik-baik. Idealnya sih utamakan intelegensi bukan emosi.

Tulisannya jadi ngalor ngidul gini, karena penjelasannya materinya berdasarkan diskusi. Harap maklum :D.


No comments:

Post a Comment

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...