tentang kebebasan berekspresi |
Tentang Kebebasan Berekspresi di Internet
RAHMI
Pendahuluan
Sekarang ini Internet merupakan trend media yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Penduduk Indonesia menggunakan internet untuk berbagai macam tujuan. Keberagaman ini disebabkan karena berbedanya latar belakang pendidikan, budaya dari pengguna internet di Indonesia dan juga karena tiap diri kita memang diciptakan mempunyai potensi yang berbeda dari segi pemahaman, pemikiran dan sebagainya, hal ini menyebabkan adanya keragaman dalam cara berekspresi melalui internet.
Berdasarkan pengalaman pribadi, kebebasan berekspresi di dunia maya telah dimulai sekitar satu dasawarsa yang lalu. Dimana pada saat itu, saya dan juga mungkin masyarakat mulai belajar untuk menggunakan e-mail, mengemukakan pemikiran mereka atau sharing ilmu melalui tulisan pada zona pribadi mereka masing-masing seperti pada blog atau memanfaatkan fasilitas jejaring sosial untuk berteman dan memperluas jaringan dengan cara berinteraksi satu sama lain.
Kebebasan Berekspresi Via Internet
Jika ditanya tentang kondisi kebebasan berekspresi masyarakat melalui internet pada masa sekarang ini, saya cenderung menjawabnya seperti dua sisi mata uang yang bertolak belakang, yaitu antara wajar dan tidak wajar.
JIka dilihat dari kacamata positif dimana masyarakat berekpresi dengan baik dan wajar di dunia maya, kita dapat melihat dengan gembira tentang semakin meningkatnya budaya menulis di kalangan pengguna internet. Hal ini tampak dari banyaknya blog-blog dengan berbagai macam tema. Dari blog pribadi, fotografi, pendidikan, parenting, web design, dan banyak lagi. Begitu juga adanya kesempatan bagi para pemuda(i) yang senang menulis untuk bisa menerbitkan buku secara online di Internet seperti yang disampaikan oleh Salsabeela dalam buku Linimas(s)a dengan judul The World is In Your Hand.
Dari sini terlihat bahwa masyarakat berekspresi dalam berbagai hal, dari sekedar narsis-narsis doang, menyalurkan hobi, berbagi tips dan trik tentang topik-topik tertentu, berbagi ilmu dan nasehat, konsultasi dan banyak lagi tentunya.
Selain itu, dalam tulisannya yang berjudul Sensitif terhadap Isu pada buku Linimas(s)a, Margiyono menyatakan bahwa menulis dan mempublikasikannya melalui blog merupakan salah satu contoh yang menunjukkan maraknya jurnalisme warga sekaligus menyatakan bahwa warga saat ini tidak hanya berperan sebagai konsumen informasi tetapi juga menjadi produsen informasi.
Ditambah lagi, Merry Magdalena yang telah berhasil mewujudkan sebuah situs sains dan teknologi dalam versi bahasa popular sehingga konsep sains dan teknologi menjadi lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam. Cek di situs NetSains.Com ya. Pada kasus ini, dapat kita ketahui bahwa Merry mencoba berekpresi dan mewujudkan idenya melalui internet yang menurutnya merupakan teknologi yang paling memungkinan. Alasannya adalah karena media ini dapat diakses oleh siapa saja. Yang menarik adalah, dalam usahanya membangun situs NetSains tersebut, Merry sama sekali tidak mempunyai latar belakang ilmu di bidang sains dan teknologi. Namun berkat kekuatan relasi yang ia dapat dari profesinya sebagai jurnalis memungkinkannya untuk meminta tulisan dari pakar-pakar yang ahli di Sains dan IT. Selain itu juga, kita juga punya kesempatan yang sama untuk menjadi kontributor tulisan di situs ini sehingga bisa membangkitkan semangat menulis di kalangan pengguna internet. Hm, begitu inspiratif ya~! suatu kebebasan berekspresi yang patut dicontoh.
Okey, itu dibilang tulis menulis. Contoh lain, bagi seorang pekerja seperti tukang becak. Hm, ternyata mereka juga bisa berekpresi dengan baik dalam memanfaatkan media internet untuk menjadi tukang becak yang professional lho! ga percaya? Ini bisa dibuktikan dari pengalaman seorang Balsius Haryadi yang memilih profesi sebagai tukang becak. Dengan sedikit kemampuan Bahasa Inggris yang dimilikinya membuat dia berkesempatan untuk mempunyai langganan becak turis-turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Suatu ketika, seorang turis menyarankannya untuk membuat e-mail agar dapat mudah berkomunikasi dengan sang tukang becak jika ia kembali lagi ke Indonesia. Nah, ceritanya bermulai dari sejak berkenalan di dunia maya, ia kemudian mencari tahu dan mengikuti berbagai jejaring sosial serta memanfaatkannya untuk menawarkan jasa transportasi becak kepada teman-temannya di dunia maya. Hm, rada-rada unbelieveable waktu baca cerita ini, masa sih ada tukang becak yang promosi pekerjaannya melalui internet, sukses pula itu, but it’s real, based on the true story. Cerita lengkapnya baca di linimas(s)a ya, bisa diunduh di sini.
Sekarang lanjut ke pembahasan kebebasan berekspresi yang diluar batas kewajaran. Jika kita melihat dari segi tidak baiknya, kita jumpai bahwa saat ini ada pengguna internet yang mengekspresikan dirinya dalam ketidakbaikan seperti memperbanyak jumlah informasi negatif yang kurang bermanfaat, menyebarkan isu-isu SARA yang menyebabkan timbulnya kemarahan umat beragama yang satu terhadap umat beragama yang lain. Selain itu memfitnah atau menyebarkan berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Cara Memanage Diri
Nah, pertanyaannya sekarang bagaimana cara memanage diri kita sebagai pengguna internet agar tetap wajar dan santun dalam kebebasan berekspresi di di dunia maya dan terhindar dari sikap tidak wajar dalam berekpresi?
Well, yang pertama menurut saya setiap pengguna internet hendaknya mempunyai kesadaran pribadi tentang etika berekspresi yang baik di dunia maya. Mulailah dari diri sendiri karena perubahan selalu dapat dimulai dari diri sendiri (versi Salsabeela). Kesadaran beretika dalam hal ini akan membuat kita tetap menjaga adab dan nilai-nilai moral dalam berinteraksi dan berekspresi. Misalnya, ketika kita mengamati bahwa terdapat sekelompok orang yang bereaksi negatif terhadap suatu masalah, kita dapat mengambil sikap untuk tidak mengikuti ketidakbaikan tersebut. Contoh lain, jika kita seorang blogger yang mempunyai kesadaran tentang etika dalam berekspresi, maka kita akan berusaha untuk senantiasa menulis hal-hal yang bermanfaat, menghormati tulisan yang merupakan hasil pemikiran dan pendapat orang lain, serta menghindar untuk tidak reaktif terhadap masalah yang berhubungan SARA atau isu sensitif lainnya. Menurut Blontank Poer dalam artikel yang dimuat di Linimas(s)a yang berjudul Bercerita di Dunia Maya, memperhatikan persoalan etika di dunia maya hendaknya menjadi bahan pertimbangan bagi setiap pengguna internet. Seperti halnya kita dalam kehidupan nyata diharapkan dapat menjaga norma-norma dan etika, dalam kehidupan di dunia maya juga berlaku hal yang sama.
Yang kedua, mengutip salah satu tweet dari internet sehat yang pada intinya mengajak setiap pengguna internet untuk berpikir terlebih dahulu sebelum posting, karena apa yang telah diposting di internet akan terekam selamanya. Hm, sebuah tweet yang singkat, padat, jelas dan ngena banget ke batin saya
.
Pesan yang disampaikan melalui tweet internet sehat tersebut
membuat saya sadar dan mulai belajar untuk lebih berhati-hati dan berpikir dua kali sebelum mengupdate status atau mempublish postingan. Contohnya, dalam pertemanan di jejaring sosial, merupakan hal yang lumrah jika kita saling memberikan komentar terhadap status teman, namun adakalanya komentar yang negatif bisa menjadi penyebab timbulnya keretakan dalam pertemanan. Karenanya, pikir-pikir dulu sebelum posting.Yang ketiga, lagi-lagi tweet dari internet sehat yang begitu ngena di hati saya, jangan terlalu oversharing. Sikap berlebih-lebihan itu kurang baik, lebih baik memilih berada posisi yang pertengahan saja, sedang-sedang ajalah. Sikap oversharing bisa menyebabkan kurang terjaganya imej diri kita. Karena terlalu sering berbagi hal-hal yang bisa jadi kurang penting bagi orang lain. Contohnya, mengupdate status tentang kegiatan yang dilakukan sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Hm, terlalu berlebihan dan tidak baik juga tentunya.
Mengambil istilahnya Nukman Luthfie dalam tulisannya yang berjudul Bermakna di Lautan Media Sosial, jika kita seorang creator yang berarti bahwa kita mempunyai website pribadi atau blog yang rajin di update, maka menurut saya cara memanage diri yang keempat adalah berusaha untuk memperbanyak konten-konten positif di internet. Caranya bagaimana? dengan cara menulis hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Agar apa yang kita tulis bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain tentunya. Menulis itu bisa meringankan beban jiwa kita dan pembaca juga bisa mengambil hikmah dari tulisan kita. Mudah-mudahan dengan menulis hal yang bermanfaat bisa menjadi amal jariyah bagi kita. Hm, keren ya kalo bisa nulis hal yang bermanfaat. Ayo, semangat nulis dan berkarya melalui internet~!
Kesimpulan
Jadi, secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebebasan berekspresi di dunia maya oleh pengguna internet di Indonesia dewasa ini diantara ekpresi wajar dan tidak wajar. Setiap pengguna internet hendaknya memperhatikan etika dalam berekspresi di dunia maya. Jangan sampai berekspresi diluar batas kewajaran sehingga bisa menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Caranya dengan mempunyai kesadaran pribadi tentang etika berekspresi yang baik di dunia maya, berpikir terlebih dahulu sebelum posting, jangan terlalu oversharing, dan berusaha untuk menulis hal-hal yang bermanfaat. Itu saja.