Masi membahas tentang filsafat. Mari kita cek QS
18:103-105.
“Katakanlah: “apakah akan kami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang-orang kufur terhadap ayat-ayat
Tuhan mereka dan perjumpaan dengan Dia.
Maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu
penilaian bagi amalan mereka di hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi :103-105)
Ayat ini ditujukan kepada tiap individu dimana pesan filosofi
ayat ini bahwa hendaknya kita jangan sibuk dengan kekurangan orang lain. Tetapi
sibuklah berpikir kritis, merenung, refleksi atau meneliti diri kita sendiri,
jangan sampai kita merasa telah berbuat banyak kebaikan, nyata-nyatanya dalam pandanganNya
kita ga berbuat apa-apa, hingga kita jadi orang yang merugi.
Filsafat berpikir merupakan usaha menggunakan kemampuan
berpikir dengan akal dimana hal ini diawali dengan iqra’. Peranan iqra’ sangat
penting dalam proses berpikir. Kenapa? Karena iqra yang akan meluaskan semesta
ilmu manusia.
Menanggapi sebuah pertanyaan, kalo ga salah, pemateri
mengatakan bahwa ada dua kondisi awal manusia, yaitu kondisi pre-determinasi
dan free-will. Pre-determinasi adalah kondisi yang tidak ada pilihannya. Dimana
manusia tidak bisa memilih jenis kelamin, warna kulit, dll. Allah tidak akan bertanya kepada manusia mengenai
hal ini karena fungsinya sudah jelas. Kondisi free-will adalah kondisi dimana
manusia dapat menentukan pilihan dan Allah akan bertanya mengenai hal ini. Misalnya,
mulut fungsinya jelas untuk makan dan Allah ga akan bertanya pada kita tentang
ini, tapi yang bakal ditanya olehNya adalah apa yang kita makan, halal atau
tidak? darimana dapatnya? Dsb.
Berpikir merupakan metodologi bagi kita untuk menghindari
kekerasan. Fenomena yang sering kita lihat di masyarakat bahwa masyarakat
kurang memiliki kemampuan berdialektika sehingga ketika ada masalah, jalur kekerasan
menjadi pilihan untuk menyelesaikan masalah. Padahal, jika ada masalah, ada
baiknya jika didiskusikan dengan baik-baik. Idealnya sih utamakan intelegensi
bukan emosi.
Tulisannya jadi ngalor ngidul gini, karena penjelasannya
materinya berdasarkan diskusi. Harap maklum :D.