Sunday, March 13, 2011

Belajar Memahami Takdir


Pada postingan ini, saya ingin membahas sedikit tentang Takdir Allah. Tulisan ini merupakan intisari dari kajian di Radio Rodja yang saya dengar, judulnya Memahami Iman kepada Takdir Allah. Bagi yang belum sempat mendengar kajian ini, moga tulisan saya ini bisa bermanfaat ya.

Takdir itu adalah qudratullah (kemahakuasaan atau kemahamampuan Allah). Ia adalah landasan utama ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah). Beruntunglah kaum muslimin yang dimudahkan untuk memahami takdir Allah. Iman kepada takdir itu penting karena merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Ia juga merupakan landasan iman yang paling kuat karena menurut perkataan Ibnu Abbas,

“Mengimani takdir Allah adalah rangkaian yang menyusun tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah sekaligus mengimani takdir maka ia telah berpegang pada tali Allah yang tidak akan putus selama2nya. Tapi barangsiapa yang mentauhidkan Allah tapi tidak mengimani takdir maka ia telah merusak tauhidnya sendiri”
(Ibnu Abbas)


Al Qadar, secara syar‘i berarti keterikatan antara ilmu Allah dan kehendaknya yang Maha Terdahulu terhadap segala sesuatu yang terjadi di makhluknya sebelum IA menciptakan mereka.

“Allah telah menakdirkan ketentuan2 semua makhluknya sebelum IA menciptakan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun”
(HR. Muslim)

Allah menuliskan semua itu, menetapkan semua itu sebelum IA menciptakannya artinya tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini melainkan Allah telah mengetahuinya, menghendaki dan menetapkannya tentu saja dengan kandungannya hikmah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna. Dimana hikmah itu sendiri berarti bahwa IA menetapkan segala sesuatu pada tempatnya secara persis.

“Bersemangatlah mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah. Kalau kamu ditimpa sesuatu maka janganlah mengatakan “Seandainya aku berbuat ini maka mesti begini hasilnya” tapi katakanlah “Qadarullah” ini adalah takdir Allah atau “Qadarullah” ini adalah ketentuan Allah dan apa yang dikehendakinya akan terjadi”
(HR Abu Dawud, Imam Ahmad, Ibnu Majah dan yang lainnya dengan sanad yang sahih)

Hendaknya kita meyakini bahwa apa yang menimpa kita, tidak akan luput dari diri kita dan apa yang Allah tetapkan luput dari kita, tidak akan menimpa kita. Dalam Hadits Arba’in an Nawawiyah yang kedua, kita ketahui bahwa

“…Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kepada qadar baik dan buruk…” (HR. Muslim).

Mengenai takdir yang buruk, apa artinya takdir yang buruk? apakah ada takdir atau perbuatan Allah yang buruk? bukankah telah kita pahami bahwa semua sifat2 Allah adalah sempurna baik, tidak ada yang buruk. kenapa dikatakan ada takdir yang buruk? juga dalam doa qunut, “Ya Allah jagalah aku dari keburukan takdir yang Engkau tetapkan”. Ini menunjukkan seolah2 ada keburukan. Mengenai hal ini, ulama menjelaskan tentang arti takdir yang buruk, bahwa keburukan yang ada pada ketentuan Allah SWT bukanlah itu dikembalikan kepada perbuatan Allah menakdirkan, karena Allah menakdirkan segala sesuatu dengan hikmah yang sempurna dan agung, tidak ada keburukan padaNya. Tetapi keburukan ini adalah jika dinisbahkan kepada yang ditakdirkanNya. Misalnya Allah menakdirkan musibah bagi manusia. Bagi manusia ini buruk sehingga dikatakan takdir yang buruk artinya ketentuan takdir yang telah berlaku pada manusia ini adalah buruk bagi pandangan manusia.

Aku ini sesuai dengan persangkaan hamba kepadaKu
(HR Bukhari dan Muslim)

Kalo seseorang berprasangka baik kepada Allah, berharap baik kepada Allah maka Allah akan memberikan kebaikan kepadaNya. Pertanyaannya adalah, Bagaimana berprasangka baik terhadap masalah takdir? kita berprasangka, berharap bahwa Allah SWT menuntun kita kepada takdir yang baik yang dengan konsekuensinya persangkaan atau pengharapan kita ini, kita mengikuti petunjuk yang telah disyari’atkan kepada kita dengan melakukan kebaikan, kalau ada kesalahan kita segera bertaubat kepada Allah yang dengan itu Insya Allah maka kita berharap Allah SWT akan menetapkan kebaikan bagi diri kita karena kita telah berprasangka baik, menghadapkan persangkaan baik kita kepadaNya dan disertai usaha yang kita lakukan untuk menjadi sebab terwujudnya apa yang kita inginkan dari kebaikan2 dari Allah SWT.

Landasan utama kebaikan adalah kamu meyakini apa yang Allah kehendaki bagimu akan terjadi dan apa Allah tidak kehendaki tidak akan terjadi. Bagaimana ini bisa menjadi landasan kebaikan? karena orang yang meyakini segala sesuatu yang terjadi didalam dirinya maupun orang lain adalah takdir Allah, maka dia menyakini bahwa ternyata kalau dia berbuat baik itu dari siapa? dari taufik dan anugrah Allah, bukan kemampuan dirinya sendiri. Kalau dia melihat orang lain berbuat buruk atau dirinya berbuat salah, dia juga tahu bahwa itu adalah karena Allah berpaling darinya sehingga memudahkan ia berbuat keburukan. Maka dengan itu, untuk melakukan kebaikan dia bersungguh2 berdoa kepada Allah agar selalu dimudahkan berbuat kebaikan dan untuk keburukan dia meminta sungguh2 agar dihalangi dari sebab2 yang membawa keburukan. Perasaan seperti inilah yang merupakan kunci taufik dan hidayah karena telah bersepakat orang2 yang mengenal Islam, “Pengertian taufik itu adalah bahwa Allah tidak menjadikan dirimu bersandar kepada dirimu sendiri dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan”. Jadi, seperti doanya Nabi,

“Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan aku bersandar kepada diriku sendiri
meskipun hanya sekejap mata”.

Ini adalah doa Nabi yang terkenal, karena orang yang bersandar pada dirinya sendiri akan binasa. Allah akan meninggalkannya. Allah SWT akan menolong seseorang sesuai dengan sejauhmana ketergantungan manusia itu kepadaNya. Maka, ternyata iman kepada masalah takdir adalah sumber kebaikan karena menjadikan orang selalu bergantung kepada Allah. Kunci taufik itu adalah doa, sungguh2 bersandar padaNya. Untuk memiliki kunci kebaikan caranya adalah meminta kepada Zat yang memilikinya yaitu Allah SWT dan kesimpulannya adalah penghimpun segala kebaikan adalah banyak berdoa dan meminta kepada Allah.

Hm, sebenarnya banyak lagi ilmu yang saya dapat dari mendengar kajian ini, tapi karena keterbatasan ilmu, saya hanya mampu menulis segini saja. Intinya, mari kita sama2 belajar memahami takdir, belajar juga untuk selalu ikhlas dan ridha atas ketetapan-Nya. Kajian lengkap tentang topik ini bisa didengar di sini.

5 comments:

  1. 'Kalo seseorang berprasangka baik kepada Allah, berharap baik kepada Allah maka Allah akan memberikan kebaikan kepadaNya'
    Kadang ketika sesorang mendapat musibah..ad y sering ngomong 'kenapa aku harus mengalami ini? Apa salahku?' b'arti itu termasuk berburuk sangka pada Allah ya... Smoga kita dijauhkan dr segla prasangka buruk.. -_-' AMIN

    ReplyDelete
  2. takdir sejalan dengan usaha dan usaha itu berangkat dari niat.

    oya kak ami udah balik ke banda ya?

    ReplyDelete
  3. it help me to increase my knowledge in Islamic way.. :)

    ReplyDelete
  4. sori ci, lupa kmrn tu..
    udah rahmi link, cek aja :)

    amiin, moga kita senantiasa di beri kemudahan untuk berprasangka baik pada Nya..

    iya ai, kk uda di banda ni..

    i hope you found my writing useful ;)

    ReplyDelete

The 3rd Trimester: Doa-Doa untuk Meminta Keturunan yang Baik

Ini beberapa doa yang sering saya panjatkan ketika hamil. “rabbi innii nazartu laka maa fii batni muharraran fataqabbal minni, inn...