Sebenarnya ini cerita lama. Bermula dari
pertemuan tidak sengaja di Bandara Narita. Saya yang baru sampai ke Jepang,
kebingungan karena belum bertemu teman yang janji akan menjemput saya di
bandara. Ditengah kebingungan itu, saya berniat mencari telepon umum untuk
menghubungi teman tersebut. Namun, saya tidak tahu telepon umum dimana.
Terpikir saat itu, saya harus bertanya pada orang jepang dimana letak telepon
umum.
Awalnya, saya menyapa seorang pemuda yang
kemudian dengan baik hatinya dia merespon bahwa dia tidak paham Bahasa Inggris.
Kemudian saya bertanya pada seorang bapak paruh baya yang sedang berbicara
dengan orang lain. Pada akhirnya orang lain itu, yang notabene orang jepang,
bertanya “Ada Apa?” kepada saya. Rasanya tidak percaya dengan yang saya
dengar, dia bilang “Ada Apa?”, wah dia bisa Bahasa Indonesia donk. Segera saya menjelaskan keperluan
saya dan tidak pakai lama, dia langsung menunjukkan telepon umum serta
menawarkan kartu teleponnya untuk saya pakai. Pada akhirnya saya bisa bertemu
dengan teman yang menjemput saya. Terharu banget kalo ingat kebaikan beliau. Kami berjumpa tidak lebih dari 30 menit dan
saya pikir perjumpaan dengannya cuma sampai di Bandara Narita saja. Namun
ternyata Allah berkehendak lain.
Tujuh tahun berlalu. Dan cerita itu dimulai
lagi. Ketika, Mei 2014, beliau memberi kabar via e-mail bahwa beliau akan
datang ke Banda Aceh untuk sebuah konferensi internasional. Setelah beberapa
kali berkomunikasi via e-mail, di akhir tahun ini beliau
benar-benar datang ke Banda Aceh. Sungguh tidak menyangka akan bertemu beliau
lagi.
Usut punya usut, ternyata beliau sering sekali datang ke Indonesia
karena mempunyai banyak urusan yang harus dikerjakan di beberapa perguruan
tinggi di Indonesia. Pun, kedatangannnya ke Aceh bukan pertama kali ternyata.
Wajar sekali jika kemampuannya berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia bagus
sekali. Dan pada pertemuan yang tidak
terduga inipun, lagi-lagi saya dibuat malu oleh kebaikan beliau.
Sebelum beliau berangkat ke Indonesia, beliau bertanya ingin
oleh-oleh apa dari Jepang? Well, dapat pertanyaan gini aja seperti mendapat
surga dunia aja. Akhirnya setelah mendaftarkan beberapa barang, terpikir oleh
saya untuk meminta Jaket UNIQLO saja, tapi sepertinya kemahalan. Jadinya saya
memutuskan untuk meminta kertas origami dengan motif khas jepang. Karena barang
tersebut tidak bisa didapat di Aceh. Namun, pada akhirnya, saya memutuskan
untuk tidak menyebutkan apa-apa. “Apa saja boleh asal tidak merepotkan”, balas
saya (sok) bijak.
Jika dipikir-pikir, saya hanya orang asing yang tidak terlalu
beliau kenal. Namun ketika berjumpa, saya harus malu ketika menerima oleh-oleh
dari beliau yang menurut saya lumayan ‘wow’. Bagaimanapun, syukur Alhamdulillah
atas rezeki yang tidak terduga dari Allah yang datang melalui beliau.
Kalo sudah seperti ini, teringat peristiwa saat masih s1 dulu. Ada
dosen saya yang mendapat tiket ke luar negeri gratis dari professornya, undangan
untuk nonton piala dunia di negara tempat studinya dulu. Lebih kurang komen
saya saat itu, “iihh enak kali bapak tu ya, dapat tiket ke LN gratis, pengenn”.
Mungkin kejadian ini, lebih kurang mirip dengan rezeki yang didapat dosen saya
tersebut. Rezeki yang tidak terduga dan dari arah yang tidak disangka.
Alhamdulillah.