Sabang, sebuah pulau mempesona yang letaknya dekat dengan Banda Aceh.
Long Weekend lalu saya gunakan untuk jalan-jalan ke Sabang. Perjalanan dimulai
pada tanggal 29 Maret 2014 siang, saya dan seorang teman, Ulya, menuju ke
pelabuhan Ulele. Setelah menunaikan shalat jamak taqdim zuhur dan ashar, kami
mulai mengantri tiket. Sesuai jadwal, direncanakan kapal akan tiba pukul 16.00,
namun ternyata kapalnyanya terlambat, yang mengakibatkan kami mulai berangkat
ke Sabang pada pukul 18.00 wib. Alhamdulillah perjalanan lancar, lautan begitu
tenang diiringi pemandangan sunset yang menakjubkan J. Tiba di pelabuhan Sabang, Balohan, pada pukul 20.00. Telah
menanti teman yang lain, Risna, yang menjemput kami dan sekaligus sebagai guide
selama kami di Sabang.
Saya
melihat jam Casio kesayangan, dan waktu menunjukkan pukul 20.47 ketika kami
memulai perjalanan ke Iboih. Saat dalam perjalanan baru saya sadari bahwa medan
yang kami lalui saat menuju ke Iboih itu lumayan berat. Banyak
tikungan-tikungan patah dan jalan yang lumayan menanjak. Ditambah lagi sempat
saya dan Ulya yang ketinggalan rombongan teman-teman lain saat sedang melalui
hutan gelap gulita itu. Sungguh, saya berharap pengalaman tersebut cukup sekali
saja. JIka ada kesempatan lain, pengennya mulai jalan saat hari masih terang.
Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar satu jam karena kami membawa
kendaraan dengan kecepatan sedang.
Sekitar pukul 22.00 kami singgah di sebuah toko untuk membeli minum dan lima
menit kemudian kami sudah sampai di Iboih.
Menapak
kaki di Iboih, Risna segera mengkonfirmasi pemilik penginapan bahwa kami baru
saja tiba. Awalnya kami memesan dua kamar, namun pada akhirnya yang tersedia cuma
satu kamar untuk kami bertujuh. Diambil positifnya saja bahwa kami bisa
menghemat biaya penginapan^^. Erick Green House ini didisain eco-friendly.
Pembangunannya disesuaikan dengan kondisi alam Iboih. Lokasi penginapan ini
sangat strategis, ketika membuka pintu menuju balkon kita disuguhi pemandangan
laut dan pulau rubiah yang sangat indah.
Sunrise di
Iboih
Minggu 30 Maret 2014. Terus terang ga terlalu bisa tidur nyenyak juga
karena kepikiran belum nge-charge hp. Akhirnya tengah malam bela-belain bangun
untuk ngecharge hp dan finally subuh tiba, siap-siap untuk hunting sunrise dari
balkon kamar. Dan beneran aja, pemandangannya bagus banget.
Keliling Pulau Rubiah
Masyarakat dan para turis sudah mulai banyak yang beraktifitas ketika
kami keluar dari penginapan. Sasaran pertama adalah sarapan, dengan Rp.
15.000,-/porsi udah dapat sepiring nasi gurih dan tengah hangat. Selesai sarapan,
segera kami menyewa pelampung dan kacamata renang, dimana harga per item nya
adalah Rp. 15.000,-/item. Segera setelah itu kami menyewa boat kaca untuk
mengelilingi pulau rubiah yang harga sewanya rp. 350.000,-. Kami menyewa boat
kaca agar dapat melihat pemandangan dibawah laut. Sempat terlihat bintang laut
dan beberapa jenis ikan. Selain itu kami juga sempat melihat karang batik.
Istilah yang digunakan oleh penduduk lokal untuk menggambarkan keindahan karang
laut yang mirip dengan motif batik.
Swimming and Snorkeling
Ditengah perjalanan, kami berhenti disuatu dermaga yang terhubung dengan
kafe-kafe. Melewati kafe tersebut kami mulai berjalan kaki dan mencari lokasi
untuk aktifitas berenang dan snorkeling. Ups, benarkah berenang dan snorkeling? Ternyata tidak juga. Karena pada akhirnya
cuma sekedar mandi laut biasa, itupun ada cerita terkena karang pula di kaki
dan pergelangan tangan. Harus diakui, sudah lama sekali saya ga mandi laut. Namun,
karena penasaran juga dengan pelampung dan kacamata renang yang telah kami
sewa, saya mulai belajar renang dan snorkeling juga. Belajar ecek-ecek karena
cepat panik saat udah di tengah lautan.
0 Km
Selesai
aktifitas laut, segera bersiap-siap untuk check out. Oya, biaya penginapan di
Erick Green House untuk kamar yang memakai kipas angin yaitu Rp 400.000,-.
Karena kami patungan berenam, jadinya lebih murah lagiJ. Segera kami belanja dan foto-foto dan menuju km 0. Jarak Iboih
ke Km 0 sekitar 23 km dan medannya kurang lebih sama dengan perjalan dari Kota
Sabang ke Iboih. Sempat-sempatin foto di Km 0 dan makan siang indomie dan teh
dingin dengan Rp. 17.000,- per porsinya. Waktu pulang terlihat banyak turis
asing yang menuju ke tempat ini.
Kota Sabang
Dari 0 km, kami
menuju ke Kota Sabang. Ga terlalu ingat juga berapa lama waktu tempuhnya. Tapi
sekitar 1 jam perjalanan. Sesampai di Kota Sabang kami singgah di Sabang Fair
untuk menikmati pemandangan lautan lepas dengan pulau-pulaunya. Magrib tiba,
kami menuju Mesjid Raya Sabang untuk Shalat Magrib berjamaah. Segera setelah
itu kami menuju Wisma Cempaka untuk meletakkan barang-barang dan keluar lagi
untuk berwisata kuliner. Niat hati ingin makan sate gurita atau mie jalak atau
makanan lain khas Sabang. Namun, ternyata belum rezeki kami untuk menikmati
makanan tersebut. Setelah singgah di beberapa tempat, makanan yang kami
inginkan sudah habis. Akhirnya, kami makan ditempat makan biasa dengan menu
biasa pulaJ. Segera setelah itu juga mulai hunting barang khas sabang.
Wisma Cempaka
31 Maret 2014. Pagi-pagi segera check out dari Wisma Cempaka. Karena ada
beberapa tempat yang ingin dikunjungi sebelum menuju ke Balohan. Oya, Wisma
Cempaka ini termasuk penginapan yang rekomended laa. Kami sewa kamar yang
ber-AC dengan biaya Rp. 180.000,-/malam. Murah bangetkan. Apalagi fasilitas
yang didapat yaitu double bed, kamar mandi dalam kamar, ada TV kabel, dan
lemari. Cukup bagus untuk dijadikan pilihan jika menginap di Kota Sabang. Tapi
sayang sekali saya lupa untuk mengabadikannya di kamera.
Taman Kota
Keluar dari Wisma Cempaka, kami segera menuju taman didepan kantor
walikota sabang. Taman cantik dengan, lagi-lagi, pemandangan laut didepannya.
Sumur Tiga
Singgah di Sumur Tiga, dan begitu terpesona dengan keindahan pasir putih
dan kejernihan lautnya. Insha Allah kalo ada kesempatan ke Sabang lagi, pengen
nginap di daerah dekat Sumur Tiga.
Benteng
Jepang
Tujuan
terakhir yaitu singgah ke Benteng Jepang. Benteng ini terletak didataran
tinggi. Untuk menuju ke sini harus menaiki anak tangga yang banyak. Terasa
banget olahraganya. Dari Benteng ini bisa melihat lautan lepas. Jika hari
cerah, pemandangan lautnya indah sekali, kata seorang teman. Dan deburan
ombaknya bisa mencapai tempat kita berdiri. Ngeri juga ya. Namun, saat kami datang
cuaca tidak terlalu cerah dan laut pun begitu tenang. Sampai-sampai kami bisa
melihat bintang laut dengan jelas.
Balohan
Akhirnya, setelah singgah sana sini, sampai juga ke Balohan dan segera
antri motor ke Kapal. Dan berangkat ke Banda pada pukul 14.00 dan tiba di Banda
Aceh pukul 15.30 dengan kondisi ombak yang agak besar saat dalam perjalanan.
Bagaimanapun, alhamdulillah bisa sampe rumah lagi dengan selamatJ.